Love,
It doesn't need to be perfect,
It just needs to be true.
~ Unknown ~
Apapun alasannya, saya sangat
membenci tindakan orang yang berselingkuh dari pasangan(sah)nya. Apapun masalah
yang sedang dihadapi, pasti ada jalan keluarnya. Entah itu merekatkan kembali
atau malah bercerai. Kalau yang terjadi yang pertama, Alhamdulillah. Tapi kalau
harus bercerai, meski tindakan itu dibenci Allah, tapi itu lebih baik daripada
berselingkuh. Berselingkuh itu bukan hanya mengkhianati janji terhadap pasangan
hidup, tapi juga mengkhianati janji yang kita buat dengan nama Allah. Hanya
orang yang tak kuat iman saja yang berkhianat. Apalagi berkhianat terhadap
Tuhannya.
***
Saya mengenal seorang perempuan,
yang juga seorang istri dan seorang ibu yang berkhianat terhadap suaminya,
anak-anaknya, keluarganya. Di saat sang suami sedang berada di level terendah
dalam hidupnya, bukannya menjadi penyemangat hidupnya, malah menjadi masalah
baru yang membuat suaminya jatuh makin dalam. Seorang istri yang mestinya jadi
penyejuk hati suami, teladan bagi anak-anaknya, memilih untuk mengkhianati
mereka.
Saya kesal, marah dan terluka.
Kenapa begitu mudah merendahkan diri sendiri? Menyerahkan kehormatan dan harta
bukan kepada yang berhak. Aarrrgh….saya benci!!
Lalu saat ketahuan, menangis
menyembah-nyembah untuk dimaafkan. Merasa pantas ya untuk dimaafkan? Merasa
pantas ya mendapatkan kepercayaan setelah membuangnya tanpa berpikir panjang?
Saya marah sampai tak sudi
melihat mukanya, tak sudi bermuka manis terhadapnya, tak sudi sekedar berbagi
ruangan dengannya. Saya marah mengetahui ada seorang perempuan yang saya kenal
mampu berbuat sekeji itu, serendah itu. Astaghfirullah.
Lalu untuk menutupi kesalahan,
berusaha menjadi orang lain yang bukan dirinya. Bermanis manja di depan suami
yang dikhianatinya demi mengalihkan permasalahan. Memuakkan!
Itu bukan penyesalan, itu kedok!
(Saya bukan makhluk suci, saya
benci manusia hipokrit!)
Namun dunia ini memang benar
berputar, tak disangka suatu waktu saat berada di puncak karirnya, gantian sang
suami yang berbuat sama terhadap sang istri. Aaargh…sama saja!
A cheater belongs to a cheater!
Lalu sama-sama bereaksi
berlebihan. Bukannya sama-sama pernah menjadi pelaku dan korban selingkuh? Jadi
stop being so lebay about it.
Sang perempuan berlagak seperti
korban. Nggak ingat ya dulu pernah berbuat hal hina yang sama? Sang lelaki
merasa terintimidasi karena dipojokkan terus menerus. Siapa suruh membuat
kesalahan yang sama? Kalian pikir saling membalas membuat kalian puas? Merasa
menang?
Tambah muak, tambah marah, tambah
kesal plus sebal.
Cukuplah…cukup sudah!
Muak! Muak! Muak!
Sungguh benar orang bilang :
“Kesetiaan seorang istri diuji saat sang suami berada di titik terendah
hidupnya. Sedangkan kesetiaan seorang suami diuji saat ia sedang berada di
titik teratas hidupnya”
Dan yaa…kalian berdua G.A.G.A.L!!
“Berfikir sebelum berbuat adalah satu kebijaksanaan, berfikir setelah
berbuat adalah satu kebodohan, sementara berbuat tanpa berfikir adalah seribu
kebodohan”
Nikmati saja akibatnya!
~Naudzubillahi min dzalik~
(CatatanEmosiJiwa)
No comments:
Post a Comment