Saya percaya, Jum’at adalah hari
yang paling baik di antara hari-hari lain. Tapi bukan berarti hari-hari yang
lain tak baik ya, in my belief there is no such thing. Semua hari adalah baik,
tapi yang terbaik adalah hari Jum’at, hari di mana nabi Adam AS diciptakan
Allah.
|
My dear hubby at work |
Alhamdulillah, saya dan suami 2
bulan ini mengalami hal-hal yang baik di hari Jum’at. Jum’at awal Maret lalu,
suami saya mendapat telpon dari seseorang yang bekerja di stasiun televisi yang
menyelenggarakan kompetisi memasak bagi chef professional di seluruh negeri
bahwa ia terpilih menjadi salah satu kandidat yang akan diaudisi untuk
kompetisi itu. Jum’at dua minggu berikutnya, pihak televisi tsb dan seorang
penilai mendatangi restoran tempat suami saya bekerja untuk mengaudisi suami
saya. Tantangannya adalah memasak 2 jenis makanan dalam waktu 20 menit dan
direkam oleh seorang juru kamera. Setelah itu, mereka mewawancarai suami saya
dengan berbagai macam pertanyaan tentang dirinya, etos kerjanya, dll. Saya
senang mendengar bahwa suami saya merasa bisa melakukannya dengan baik, tidak
nervous. Dan yang terpenting adalah ia telah berusaha sebaik yang ia mampu dan
merelakan hasilnya pada Allah. Setelah itu ia hanya tinggal menunggu
pemberitahuan apakah ia akan lolos menjadi salah satu peserta yang akan berlaga
di Jakarta.
In between those Fridays, di
Jum’at yang lain ada lagi berita baik lainnya. Seorang sahabat saya, Lili, tiba-tiba mengajak saya dan beberapa sahabat
kami yang lain untuk pergi umroh ke tanah suci awal tahun depan dengan biaya
murah. Walau bersemangat untuk ikut, tapi saya memahami kemampuan financial
kami yang tak memungkinkan untuk mengumpulkan puluhan juta dalam waktu singkat
untuk biayanya. Berita baiknya, Lili bersedia menanggung biaya kami dimuka
supaya kami bisa berangkat umroh bersama. Jadi ya, Lili menawarkan soft loan
bagi kami untuk mencicil biaya umroh padanya sampai pada saat sebelum kami
berangkat umroh nantinya. Alhamdulillah…all praise belong to Allah.
Namun, ditengah diskusi masalah
umroh ini, ada sedikit keraguan sebab kami hanya perlu membayar 12.5 juta saja
untuk umroh di bulan Februari tahun depan. Murah sekali bukan? Justru karena murah itu, kami menjadi sedikit
ragu. Takutnya travel umroh yang akan mengakomodir keberangkatan kami ke Mekah
nanti akan menipu kami. Hati kecil kami bertanya, ‘Benar nggak sih bisa umroh
dengan biaya semurah itu?’ Namun Lili berkata bahwa bahwa uang yang nanti kami
bayarkan itu akan diputar dulu makanya harganya bisa murah. Apalagi kami
membayarnya hampir setahun sebelum keberangkatan kami.
Lalu Lili juga bilang, kalau
adiknya akan berangkat umroh dengan travel umroh yang sama bersama 10 orang
lainnya 3 minggu lagi. Kami bertanya apa tidak lebih aman kalau kami mendaftar
setelah adiknya berangkat saja. Namun untuk bisa pergi di bulan Februari tahun
depan dengan harga 12.5 juta itu, kami harus membayar paling lambat tanggal 30
Maret. Kalau kami mendaftar dan membayar bulan April maka harganya akan menjadi
13.5 juta rupiah dan akan berangkat bulan April. Sahabat saya itu bilang kalau
Februari lebih enak sebab suhu di sana tak terlalu panas, bulan April akan
lebih panas. Lili membiarkan kami berpikir selama beberapa hari sebelum
memutuskan. Saya dan suami juga seorang sahabat lain, Duri, akhirnya
membulatkan tekad lillahi ta’ala untuk mendaftar akhir Maret lalu. Sedang Metta
& Masri sahabat saya yang lain tak bisa ikut kaerna alasan pekerjaan.
Jadilah kami berempat yang mendaftar, Lili, saya, suami saya dan Duri.
Lalu di pagi Jum’at ini, saya
menerima kiriman Lili berupa foto adiknya beserta rombongan yang sudah tiba di
Madinah melalui akun fesbuk saya. Ia juga mengirimkan foto kamar untuk berempat
dari hotel tempat mereka menginap. Alhamdulillah, semakin yakinlah kami. Saya lalu
mengabarkannya pada suami saya yang sedang berada di kamar mandi pagi itu.
Hanya Alhamdulillah berkali-kali yang kami ucapkan. Senangnya hati kami. Sebab
pergi beribadah ke tanah suci adalah impian kami. Saya pribadi begitu
merindukan untuk bisa melihat Ka’bah sampai sering sekali menangis apabila
melihat gambar Ka’bah. Kerinduan itu luar biasa. Alhamdulillah, sudah mulai
terlihat jalan kami menuju tanah suci, insyaAllah.
|
Rindu kami padamu luar biasa :) |
Selesai sholat Jum’at, suami saya
langsung berangkat kerja karena sudah ditunggu atasannya untuk meeting tanpa
sempat makan siang. Saya kemudian kembali sibuk beberes rumah sambil mencuci
baju. Menjelang Ashar, saya segera mandi. Dari dalam kamar mandi saya mendengar
dering telpon. Dari nada deringnya saya tahu bahwa itu telpon dari suami saya.
Tapi karena sedang mandi, saya membiarkannya berdering sampai berhenti sendiri.
Saya pikir nantilah setelah mandi saya telpon balik saja.
Selesai mandi saya langsung
meraih tab saya untuk menghubungi suami. Tapi haduh..kok nggak masuk-masuk
ya?..tak terdengar nada sambung. Saya lalu mengirim pesan melalui whatsapp.
Suami saya ternyata juga tak bisa menghubungi saya. Ia berkata melalui whatsapp
kalau baru saja dihubungi oleh wakil dari stasiun televisi penyelenggara
kompetisi memasak yang diikutinya bahwa suami saya termasuk dari 30 peserta
kompetisi dan akan diberangkatkan ke Jakarta akhir bulan April ini.
Alhamdulillah…saya mengucap syukur banyak sekali hari ini.
Lalu ia bilang akan ada shooting
awal di restoran tempatnya bekerja akhir minggu depan. Tapi selain ia, pihak
stasiun televisi itu juga meminta saya ikut shooting. Waaks….kok saya harus
ikut juga sih? Belum apa-apa saya sudah grogi. Suami saya Cuma bilang, ‘Kamu
kan bawel, pasti lancar ngomong di depan kamera nanti’ Hahaha…..
Ya sudahlah, mau gimana lagi.
Saya kan harus mendukung suami, walau deg-degan, saya bismillah sajalah.
Yang lebih membahagiakan dari semua
itu adalah, suami saya mendapat banyak doa dari kelluarga dan teman-teman dekat
kami. Tentunya berita membahagiakan itu kami bagikan kepada keluarga dekat
sekalian meminta doa restu kepada orang tua dan keluarga dekat lainnya supaya
usaha suami dimudahkan Allah nantinya.
Tak mau bermuluk-muluk, kami
berdua menyerahkan sepenuhnya urusan kami hanya pada Allah SWT. Sebab kami tahu
Allah SWT pasti akan memberikan yang terbaik bagi kami. Saya hanya berpesan
pada suami, bahwa semua karunia dan berkah ini adalah karena Allah semata.
Bukan karena keahliannya atau kepintarannya. Saya memintanya untuk tetap rendah
hati, berusaha semaksimal yang ia bisa lalu memasrahkanya pada Allah, Sang
Pemilik Semesta ini. La haula wala quwwata illa billah.
RABBI ANZILNI MUNZALAM
MUBARAKAW WA ANTA KHAIRUL MUNZILIIN
‘Ya Tuhanku, tempatkanlah aku
pada tempat yang diberkahi dan Engkau adalah sebaik-baik pemberi tempat’
~QS Al Mu’minun : 29~
Aamiin Ya Rabb.
Jumuah Mubarokah.