Selepas sholat maghrib tadi suami saya cerita kalau seorang jamaah masjid yang berdiri di sebelahnya tadi memandanginya dari atas kepala sampai ujung kaki. Suami saya sih sudah maklum kalau yang dipandangi orang itu adalah tato yang menyembul dari lengan kaosnya. Sebenarnya di Bali tato bukan hal yang aneh, yang aneh mungkin karena melihat orang bertato di dalam masjid :D...
Ceritanya, sebelum mengenal saya, suami saya sebenarnya sudah punya tato sejak dia masih kuliah. Tato bergambar 3 ekor cicak saling menggigit ekor mereka itu terletak di lengan kiri atas. Walau begitu, hanya sedikit dari keluarganya yang mengetahui bahwa ia bertato. Saya yakin, ibu mertua saya juga baru tahu anaknya bertato saat prosesi siraman sebelum kami menikah.
|
Tato pertama yang digambar langsung di kulit tanpa sketsa |
Saat tinggal di Bali, tato pada tubuh baik laki-laki maupun perempuan adalah pemandangan yang biasa kami lihat. Alih-alih ditutupi, di sini tato 'dipamerkan'. Banyak turis maupun warga lokal yang berjalan-jalan di Kuta dengan outfit khas pantai yang terbuka dan tentunya mengekspos tato yang mereka punya. Di jalan-jalan di Kuta dan sekitarnya mudah sekali ditemukan studio tato. Tak bisa disangkal, banyak dari tato-tato itu yang secara artistik memang bagus.
Melihat perkembangan dunia pertatoan mudah diduga, setelah memiliki tato pertama pasti ingin pula mempunyai tato kedua dan seterusnya. Termasuk suami saya.
Suatu ketika, Komang seorang stafnya, menawarinya untuk membuat tato baru pada seorang sahabatnya. Tanpa bisa saya cegah, ia akhirnya membuat janji untuk bertemu sang artis tato, Bagus namanya.
Pertemuan pertama itu, suami saya dan Bagus hanya berbincang-bincang untuk saling mengenal. Sangat penting bagi Bagus unyuk mengenal karakter calon kliennya dan mengetahui apa mau mereka. Suami saya kemudian mengungkapkan apa yang diinginkannya. Bagus yang terkesan pendiam bertanya tentang beberapa seperti tato seperti apa yang diinginkan, warnanya, ukurannya, di bagian tubuh mana nanti letaknya dsb, lalu ia mencatat poin-poin penting keinginan suami saya. Setelah cukup puas bertanya dan berdiskusi, Bagus lalu berkata bahw ia perlu 2 sampai 3 hari untuk membuat sketsanya.
Bagus menitipkan sketsanya melalui Komang tiga hari kemudian. Dan suami saya rupanya cukup puas dengan sketsa yang dibuat Bagus. Segera setelah itu, suami lalu membuat janji lagi dengan Bagus untuk pengerjaan tatonya.
Pada hari yang disepakati, kami berdua ditemani Komang meluncur lagi ke rumah Bagus. Sesampai di sana, Bagus mempersilakan kami untuk menuju kamarnya di bagian depan rumah itu. Kami bertiga lalu duduk sementara Bagus mempersiapkan diri dan peralatan yang dibutuhkannya. Sambil mempersiapkan peralatan itu, Bagus bercerita kalau alat-alat tato miliknya dibelinya di Amerika. Adiknya yang bekerja di kapal pesiarlah yang membelikannya di sana termasuk tinta yang beragam warnanya.
Tak lama Bagus telah siap. Ia lalu meminta suami saya untuk membuka kaos yang dipakainya. Setelah menyemprotkan alkohol untuk mensterilkan kulit lengan suami, Bagus lalu menempelkan sketsa yang sudah dipindahkan di kertas khusus dan digambar ulang dengan tinta khusus pula. Bagus lalu menepuk-nepuk sketsa di lengan suami lalu mencabut kertas sketsa dengan hati-hati setelah yakin sketsa tergambar jelas di sana. Bagus kemudian mengambil alat tato, menancapkannya ke colokan listrik dan memasang jarumnya untuk membuat outline tato. Dengungan alat itu lalu memenuhi kamar Bagus yang tak telalu besar.
Saya melihat suami saya meringis menahan sakit. Bagus berkata kalau suami tak kuat menahan sakit, Bagus bisa berhenti sebentar lalu melanjutkannya lagi setelah suami siap. Karena tato yang akan dibuat cukup besar dan beberapa kali berhenti karena suami kesakitan, lumayan lama juga Bagus membuat outlinenya, mungkin sekitar 45 menitan lah. Setelah selesai, Bagus juga memberi jeda waktu untuk istirahat selama 15 menit sebelum melanjutkan proses berikutnya yaitu mengisi outline dengan warna.
Kalau tadi untuk membuat outline menggunakan jarum bermata satu, untuk mengisi warna digunakan jarum bermata 3, 5 dan 7 tergantung seberapa besar bidang yang akan diblok dengan warna. Kebayang kan sakitnya...tapi menurut suami saya, yang paling sakit justru pada tahap awal yaitu pada saat pembuatan outline. Bisa dibayangkan harus menahan rasa sakit selama kurang lebih 3 jam sampai proses ini selesai.
Setelah proses selesai, plasma darah masih keluar dari bekas tato itu. Bagus lalu membungkus lengan suami dengan plastic wrap dan berpesan supaya tak boleh terkena sabun dan tak boleh digosok. Proses penyembuhannya sendiri kurang lebih 2 mingguan. Selama proses penyembuhan disarankan untuk mengoleskannya dengan salep antibiotik. Lalu, voila...mulai terlihat jelaslah si tato.
|
Ini dia tatonya, ada inisial nama kami berdua di sana :D |
Well, itu kejadian 5 tahun lalu, masa-masa di mana kami berdua tak terlalu peduli dengan kehidupan spiritual kami. Hidup berjalan dan kami berkembang. Banyak pencerahan yang kami dapatkan. Awal tahun 2012 ini tanpa rencana sebelumnya, kami mendaftar untuk melakukan perjalanan spiritual ke Mekah.
Sempat masgul membayangkan banyaknya dosa-dosa, salah satunya bagi suami adalah karena memiliki tato. Terbayang nanti bagaimana perasaan malu saat mengenakan pakaian ihram. Tapi ya sudahlah, yang sudah terjadi tak mungkin terhapus. Berserah diri saja.
Oia, untuk menghapus tato bukanlah perkara mudah apalagi murah. Cara yang paling modern saat ini adalah dengan menggunakan laser. Berapa biayanya? lima ratus ribuan saja untuk 1 cm persegi. Waks!
So, berpikirlah sebelum berbuat, jangan sampai menyesal seperti kami.
Salam.