Day 3 – Sunday, 13 January 2013
Kami berdua tidur lagi setelah
sholat Subuh, badan masih terasa capek setelah seharian kemarin jalan sampai
tengah malam. Jam 8 kami baru beranjak dari tempat tidur dan bersiap untuk
sarapan. What a lazy Sunday indeed..
Kembali ke kamar setelah sarapan
kami masih bersantai-santai. Masih malas mandi. Kamar terlihat berantakan sebab
semalam saya terlalu capek dan malas untuk beberes. Meja di bawah jendela penuh
barang, di bawahnya tempat sampah juga penuh. Koperpun masih berantakan. Di
kursi bergantungan baju dan sajadah serta mukena. Haduh..pusing juga
melihatnya. Harus segera beres-beres ini, apalagi kami harus check out siang
ini.
Saya mulai melipat rapi
baju-baju, mengelompokkannya lalu menaruhnya di koper. Baju kotor dan sandal
jepit saya masukkan ke kantong plastik. Barang-barang yang sekiranya mudah
pecah saya bungkus dengan kain atau baju. Makanan kering juga saya masukkan
kantong plastik. Saya menyisihkan baju yang akan kami pakai hari ini, baju
tidur dan baju yang akan kami pakai besok untuk nantinya ditaruh di dalam koper
yang paling atas. Setelah mandi baru saya bereskan sisanya; baju kotor dan
peralatan mandi. Seperti biasa suami sayalah yang duluan mandi, sedangkan saya
melanjutkan packing lalu menyusul mandi
setelah ia selesai.
Rupanya saat saya sedang mandi, suami saya malah membunuh kebosanan dengan foto-foto sendiri menggunakan tablet saya. Ini dia sebagian dari foto narsisnya hahaha....
Kami baru keluar kamar pukul
10.30. Tujuan kami, ke MBK, lagi! Hahaha….ada yang harus saya beli di sana. Suami
saya mengiyakan saja walaupun dia bosan juga bolak-balik ke MBK. Setelah
mendapatkan yang saya cari, suami mengajak untuk jalan-jalan ke Siam Discovery,
Siam Center dan Siam Paragon yang tak jauh dari sana. Kami melihat-lihat sebentar
di sana sampai tersadar bahwa kami harus check out dulu sebab tak terasa sudah
hampir jam 12 siang. Jadi kami buru-buru kembali ke hotel.
Sesampai di hotel saya langsung
menghampiri konter reception. Pada petugas wanita yang berdiri di belakang
konter saya berkata, jika boleh kami ingin check out sekitar jam 12.30 supaya
kami bisa sholat Dhuhur dulu. Ia kemudian mengecek nomor kamar kami di komputer
lalu berkata bahwa kami boleh check out jam 13.00. Wow, thanks!
|
Check out |
|
Nitip koper |
Tak sampai jam 1 siang kami
akhirnya turun ke lobi untuk check out. Setelah menyelesaikan urusan
pembayaran, kami menitipkan koper supaya kami bisa jalan-jalan dulu dan akan
mengambilnya sore nanti.
|
Jual apem di dekat hotel |
|
Roti bakar di jalanan dekat hotel |
|
Pisang bakar |
Tujuan kami kali ini adalah ke
Siam Paragon. Kira-kira 15 menitan kami jalan kaki hingga sampai ke sana
melewati Siam Discovery dan Siam Center. Rencananya kami ingin ke Gourmet
Market yang ada di lantai dasar Siam Paragon.
Gourmet Market sebenarnya adalah
sebuah supermarket. Supermarket is kinda like a fave playground to my darling
hubby, and me. Entah kenapa kami berdua selalu excited kalau ke supermarket
besar dan serba lengkap, seperti di Gourmet Market ini. Mungkin karena banyak
makanan dan kami suka makan hahaha….
Pertama kali masuk kami melihat
display buah-buahan di rak pajang sungguh menarik hati, segerr! Tak jauh dari
situ terliihat meja display yang di atasnya berderet kotak-kotak terbuat dari
plastik tebal transparan. Isinya..buah-buah kering! Kami langsung mendekat dan
mulai icip-icip sampel berbagai buah kering yang dipajang. Icip sana icip sini,
kami akhirnya memutuskan membeli beberapa macam. Saya memilih Pomelo alias
Jeruk Bali, warnanya hijau terang, rasanya asam segar. Suami saya memilih
Gambia. Hmm apa ya Gambia itu? Potongannya mirip manisan Pala, warnanyapun
mirip. Tapi yang ini rasanya asam. Suami saya memilih prune. Bentuknya bulat
keriput, warnanya merah tua hampir coklat dan agak kering. Rasanya asam manis.
Saya juga memilih Prune yang lain. Prune yang ini lebih lembab, tidak kering
seperti prune yang pertama. Warnanyapun lebih merah dan tidak keriput. Rasanya?
Asamnya bikin mengkerut hahaha…tapi enak!
Harga buah kering yang kami beli
ini berkisar antara THB 130-an sampai THB 160-an per bungkus dengan berat 500 gr.
|
Dari kiri atas searah jarum jam : Gambia, Prune kering, Prune Basah
dan Jeruk Bali |
Di depan rak buah-buahan kering
ini ada sebuah keranjang bulat dari rotan yang isinya kacang Pistachio. Saya
langsung mengambil sebungkus, tadinya yang ukuran 250 gr, tapi saya kemudian
menukarnya dengan yang berukuran 500 gr..hehehe.. Harganya THB 380 per bungkus.
Lalu kami melihat ada sebuah
gerai yang menarik, ada wanita berbaju tradisional korea di sana, kami mendekat
untuk melihat. Rupanya yang dipajang di sana memang asli di datangkan dari
Korea, yaitu buah strawberry organik. Warnanya merah segar, membuat ngiler. Daaan..
ukurannya jumbo! Hampir sebesar telur ayam! Tapi kami hanya melihat dengan
takjub lalu melewatinya saja…
|
Strwberry segede telur ayam! |
Persis di sebelahnya juga
memajang buah berry jenis lain. Kali ini Mulberry. Kami langsung tertarik untuk
membelinya. Lumayan untuk kami makan di hotel nanti malam. Harganya pun murah,
satu bungkus hanya THB 140 saja beratnya mungkin sekitar 200 gr.
|
Mulberry |
Lalu kami berkeliling lagi,
mencicip minuman kesehatan yang berasal dari semacam jamur yang rasanya kalau
orang Jawa bilang “ora ngalor ora ngidul” hahaha…
Saya juga mencicip jajanan khas
Thailand mirip gula kacang. Versi Thailand isinya terdiri dari campuran kacang
tanah, rice crispy, potongan kelapa kering dan wijen dibalur gula aren. Yang
ini enak. Saya langsung membelinya sebungkus plastik lumayan besar J..harganya THB 100
saja.
|
Jajanan Thai, nggak tahu namanya |
|
Ini juga biasa buat dessert |
Di bagian bumbu-bumbu, saya dan
suami membeli dua jenis bumbu khas Thailand berlogo halal, yaitu bumbu Tom Yam
dan Green Curry. Suami saya juga membeli bumbu barbekyu dengan aroma asap kayu
hickory.
|
Asyik sendiri |
Lalu kami menuju bagian favorit,
yaitu bagian makanan siap santap. Bagai anak kecil, kami langsung antusias
berkeliling J..
Banyak sekali varian makanan yang
dijual. Ada beragam makanan khas Thailand, makanan Jepang, Barbekyu, konter
dessert yang beragam. Saya langsung ngiler melihat Ketan Durian. Langsung saja
saya mengambil satu porsi. Ketannya cukup banyak, begitu juga duriannya, satu
lonjor durian Bangkok yang gemuk! Yum! Porsinya cukup untuk dua orang. Harganya
THB 100 saja!
Kami juga membeli seporsi nasi
dengan unagi atau belut khas Jepang dan seporsi nasi dengan ikan mackerel
bakar.
|
Nasi Unagi |
Tadinya saya pikir saya dan suami
mau menghabiskan makanan-makanan siap santap ini di dalam supermarket. Tapi
karena meja dan kursi yang disediakan penuh terisi pengunjung yang sedang
makan, kami akhirnya langsung menuju kasir untk membayar belanjaan kami.
Keluar dari Gourmet Market bukan
berarti godaan telah habis. Di sekitarnya banyak sekali gerai makanan yang
menggugah selera. Kami melewati gerai yang menjual makanan Korea, barbekyu,
Makanan khas Thailand, Kebab dan masih banyak lainnya. Dan yah kami tergoda
untuk membeli kebab tentunya hehehe…
Di sebelahnya terdapat foodcourt
dengan lebih kurang 20 gerai yang menjual berbagai jenis makanan. Meja kursi
yang di sediakan di sekeliling food court hampir semuanya terisi, padahal
puluhan jumlahnya. Kami lalu berkeliling melihat-lihat makanan yang dijajakan
dan menemukan bahwa cuma ada satu gerai yang menjual makanan halal. Daaan
lagi-lagi Nasi Kuning dengan berbagai Kari dan Ayam Goreng Tepung juga martabak
khas India. Jadi itulah yang kami pesan. Setelah selasai makan, suami saya
tertarik untuk membeli sushi yang didisplay dalam mesin pendingin..bertambah
lagi deh jumlah jinjingan yang berisi makanan..hehehe. Sudah saatnya pulang ke
hotel kayaknya nih.
Di perjalanan pulang kami masih
sempat mampir ke beberapa toko yang menjual beragam pernak-pernik lucu di Siam
Center. Melewati keramaian di pelataran Siam Discovery, melirik butik-butik keren di
sana sambil terus berjalan menuju hotel. Kurang lebih jam 4 sore kami tiba di
hotel lagi.
Setelah mengambil koper yang kami
titipkan, saya minta tolong pada bellboy untuk memanggilkan taksi. Saya bilang
pada bellboy itu bahwa kami hendak menuju Hotel Amari Don Muang. Dia bilang oke
dan meminta kami menunggu di lobi hotel Mercure yang memang letaknya bersebelahan
dengan lobi hotel Ibis ini dan hanya dibatasi oleh pintu kaca saja, sebenarnya sih kedua hotel ini berbagi
bangunan yang sama.
Tak sampai sepuluh menit, taksi
sudah ada di depan lobi. Bellboy itu lalu berbicara pada supirnya sepertinya
memberitahu tujuan kami. Saya lalu memberi si bellboy tip seadanya lalu
bergegas masuk taksi. Karena supir tak bertanya apa-apa kami pun menganggapnya
sudah tahu tujuan kami.
Tak lama kamipun memasuki jalan
tol dan meluncur ke arah Don Muang
Airport. Jalanan tak semacet seperti pada saat kami baru tiba di Bangkok 2 hari
lalu, malah cenderung lancar. Jadi perjalanan terasa dan memang lebih cepat. Ongkosnyapun
lebih murah tentunya.
|
Otw ke Amari Hotel |
Lalu saya melihat plang tanda
kecil bertuliskan “Amari” di depan sebuah belokan kecil di kiri kami, tapi
taksi kami melewatinya. Saya agak curiga tapi diam saja karena berpikir sang
supir pastinya lebih tahu jalan dibanding kami. Tak sampai 2 menit kemudian say
amelihat tanda “Arrival” di depan saya..waduh kok sudah sampai terminal
kedatangan bandara ya? Pasti si supir mengira kami hendak ke Bandara Don Muang.
Akhirnya saya cepat-cepat bilang, kalau kami bukan mau ke Bandara Don Muang
tetapi ke hotel Amari Don Muang yang letaknya tak jauh dari bandara. Hihihi..si
sopir ngomel-ngomel jadinya. Untungnya pakai bahasa Thai jadi okelah wong nggak
ngerti ini. Saya langsung bilang bahwa tujuan kami ke Hotel Amari Don Muang.
Untungnya belokan untuk putar balik tak terlalu jauh dari sana, jadi tak sampai
10 menit kami sudah tiba di depan hotel. Setelah membayar taksi kami segera
menghampiri konter reception.
Seorang receptionist wanita
menyapa kami. Saya mengulurkan paspor kami dan berkata bahwa reservasi kami
adalah atas nama suami seperti yang tertera di paspornya. Ia lalu mengecek di
komputer. Agak lama ia mengetik dan melihat layar lalu berkata bahwa ia tak
menemukan reservasi atas nama suami saya. Saya lalu memberinya bukti reservasi
kami. Dan ia mulai mengecek lagi, dan lagi-lagi tak menemukannya sampai ia
meminta bantuan rekan kerjanya. Tak lama ia menemukannya dan kemudian membawa
paspor kami untuk difoto copy, meminta suami tanda tangan di formulir
pendaftaran lalu menyerahkan kunci. Tak ada bellboy yang membantu kami
membawakan barang, jadi kami langsung menuju lift kemudian naik ke lantai 3
menuju kamar kami.
|
Kamar hotel Amari, jadul yak! |
Sesampai di kamar, kami segera
menunaikan sholat ashar dan berencana untuk menghabiskan waktu di kolam renang
hotel. Tapi melihat langit yang mendung kami mengurungkat niat untuk berenang,
Alih-alih berenang, kami malah makan! Hahaha….
Oh iya, jadi ingat bahwa kami
masih menenteng-nenteng sebungkus ketan durian yang kami beli tadi siang.
Durian memang benar-benar raja buah ya, baunya itu loh, walau dibungkus dengan
3 lapis tas plastik, tetap saja baunya tembus keluar. Mau kami makan di kamar
nanti kena tegur pihak hotel karena baunya kan repot.
Sehabis makan nasi dengan unagi, nasi
dengan ikan mackerel dan kebab yang tak kami habiskan karena kebabnya rasanya
asiiin, kami berjalan-jalan melihat sekeliling hotel sambil menunggu waktu
maghrib. Sebenarnya sih sekalian melihat-lihat spot untuk kami menghabiskan
ketan durian hihihi…
Berbeda dengan hotel Ibis yang
baru dan minimalis, hotel Amari Don Muang ini adalah hotel lama. Mungkin hotel
ini pernah menjadi hotel yang popular di thn 90an. Sejak bandara international
dipindahkan ke Suvarnabhumi kemudian bandara Don Muang hanya dipakai untuk bandara
penerbangan domestik, kemungkinan hotel ini sempat sepi pengunjung. Tapi sejak
tahun lalu AirAsia memindahkan pendaratan pesawat mereka ke bandara Don Muang
sehingga hotel ini kembali diminati. Hari ini hotel fully booked. Sebab hotel
ini sangat dekat dengan bandara. Dari lantai 2 hotel ada jalan yang
menghubungkannya dengan terminal kedatangan bandara Don Muang, hanya butuh 5
menit jalan kaki, tinggal turun dengan lift sampailah ke ruang kedatangan.
Sangat memudahkan bukan? Apalagi bagi kami yang akan pulang dengan penerbangan
yang sangat pagi jamnya.
Jadi setelah maghrib kami turun
lagi ke area lobi. Rupanya tak jauh dari lift, di dekat konter concierge, ada
sebuah pintu kecil yang keluar ke bagian samping depan hotel. Dan di sudut
luarnya ada sebuah meja serta bangku yang terbuat dari semen. Sudut itu lumayan
gelap loh, mana di bawah pohon besar lagi, creepy! J..yang menyebalkan lagi saat menyantap
ketan durian yang enak banget itu, (asli, duriannya benar-benar enak dan sudah
tanpa biji lagi), eh diganggu oleh nyamuk yang menggigit kaki kami. Suami saya
langsung mengajak masuk ke lobi lagi. Akhirnya saya cepat-cepat
menghabiskannya, sendiri! Nggak habis sih, sayang yah... Soalnya suami saya
sudah terlalu pusing mencium baunya dari tadi sampai jadinya nggak selera untuk
menyantapnya.
|
Ini foto dr samping hotel sehabis makan ketan durian! :D |
Akhirnya kami kembali ke lobi
setelah itu. Kemudian kami mendatangi konter reception untuk meminta kode akses
Wi Fi mereka. Tak seperti di Ibis yang Wi Fi gratisnya bisa kami akses dari
kamar, di Amari Don Muang ini kami hanya bisa mengakses Wi-fi gratisnya dari
lobi saja, itu pun dibatasi hanya 3 jam saja. Kalau hendak mengakses dari
kamar, kami harus membayar paling murah THB 100 untuk 2 jam atau THB 400 untuk 24 jam. Sayang
juga kalau harus beli lagi sebab kami hanya punya waktu malam ini saja, esok
jam 4 pagi sudah harus check out sebab flight kami jam 6 pagi.
Jadi malam ini kami menghabiskan
waktu di lobi saja. Sambil duduk-duduk di lobi, mengakses internet, foto-foto.
Di salah satu ruang di dekat kami duduk ternyata sedang ada acara yang
sepertinya Prom Night. Banyak anak-anak muda yang sepertinya masih duduk di
bangku sekolah menengah berdandan bak orang dewasa. Memakai baju yang terlihat
mahal, memakai sepatu berhak tinggi dan lancip, menata rambut ke salon dan
sibuk berpose bergerombol atau sendiri-sendiri. Kami berdua langsung sibuk mengomentari
mereka. Kebanyakan bajunya memang bagus-bagus dan terlihat keluaran butik, tapi
ada pula yang tampak tak cocok untuk bentuk tubuhnya. Ada yang menata rambut
dengan natural dan terlihat age appropriate ada juga yang menata rambut mirip
Imelda Marcos..hahaha…dasar comel kami ini.
|
Foto2 di lobby |
|
Masih di Lobby |
Lama-lama bosan dan ngantuk juga
hanya duduk-duduk di lobi, jadi kami memutuskan untuk kembali ke kamar. Seperti
biasa suami saya paling sering merasa lapar kalau sedang liburan. Jadilah ia
memboolak-balik menu room service, tapi rupanya tak tertarik untuk memesan.
Akhirnya ia hanya makan buah mulberry yang kami beli tadi siang juga sushi yang
tadi saya simpan di kulkas kecil dalam kamar. Saya lalu membuatkannya teh panas.
Saya mulai packing lagi,
mempersiapkan baju untuk kami pakai pulang besok memasukkan barang yang sudah
tak kami pakai lagi, menutup koper lalu menimbangnya. Ya, karena kalau naik
maskapai budget seperti AirAsia kami memang selalu berbekal travel scale
sekarang. Supaya tak harus membayar kelebihan beban bagasi yang pastinya
harganya berlipat ganda pada saat check in. Been there done that hahaha…Alhamdulillah,
berat koper hanya 19 Kg sedang bagasi yang kami beli 20 Kg. Aman.
Tak lama saya naik ke tempat
tidur, menonton TV sebentar lalu tak tahan menahan kantuk saya pamitan untuk
tidur duluan ke suami sambil mengingatkan untuk memasang alarm jam 3.30 dini
hari nanti walaupun pada saat check in saya sudah memesan wake up call di jam
yang sama.
Good Night, darling…
Good Night, Bangkok..
Day 4 – Monday, 14 January 2013
Jam 4 pagi kami sudah siap check
out. Lalu segera naik eskalator di depan konter reception menuju lantai 2
hotel, berbelok ke kanan memasuki lorong jalan penghubung antara hotel dan
terminal keberangkatan bandara Don Muang, memasuki lift di ujung jalan sebelah
kiri, turun dengan lift ke lantai dasar,
dan bersiap untuk antri bersama penumpang lai. Bandara sudah ramai, antrian
juga panjang.
|
Ngantri check in |
Tiga puluh menit kemudian kami
sudah mengantri di immigrasi. Pada saat memasukkan barang pada alat x-ray, tas
saya sempat diperiksa. Rupanya gara-gara pembatas buku di tas tenteng saya yang
terbuat dari besi panjang berbentuk seperti tusuk sate, membuat petugas
menghentikan saya dan menyuruh saya mengeluarkan barang-barang di tas itu.
Untungnya setelah diperiksa petugas membiarkan saya lewat, Alhamdulillah. Lain
kali saya harus ingat kalau bawa buku saat traveling tak boleh membawa pembatas
buku dari besi hadiah dari seorang sahabat saat dia pulang dari Argentina itu. Seorang
lelaki bule berbadan besar di samping saya tadi sedang bernegosiasi alot dengan
petugas sebab ia membawa sebuah barang yang terdiri berbagai berbagai macam
tools mini seperti gunting, gunting kuku, pisau, obeng dll merk Victorinox.
Entah dia lolos dengan membayar denda atau bagaimana saya tak tahu lagi sebab
tak lama setelah urusan denga petugas pemeriksa selesai saya segera beranjak
dari sana.
Kontras dengan bangunan luarnya
yang terlihat tua dan agak kusam, bagian dalam bandara Don Muang ini bagus, modern, bersih dan sejuk tentunya. Sayangnya tak seperti bandara Suvarnabhumi kami tak
menemukan mushola di sana atau mungkin kami yang tak tahu letaknya dan tak sempat
bertanya pada petugas bandara.
Beberapa toko oleh-oleh dan
restoran juga sudah buka pagi itu. Kami sempat membeli obat di drugstore yang
terdapat di ruang tunggu sebab batuk suami saya rupanya semakin menjadi. Kami
sempat membeli donat dan minuman untuk sarapan di Dunkin Donat. Lumayan
menenangkan perut yang mulai lapar.
Kami boarding tepat waktu. Di
luar jendela pesawat, cuaca Bangkok lumayan berawan. Pesawat penuh penumpang
dan kami siap pulang ke Bali. So long Bangkok, til we meet again. Alhamdulillah,
liburan singkat yang menyenangkan.
Bismillahi tawakaltu alallahi
wala haula wala quwata illa billahil alihil adzim, doa saya dalam hati saat
take off sambil menggenggam tangan suami.
~The End~