Saturday, January 26, 2013

Weekend Getaway - Bangkok 11-14 January 2013 (Part 3-Last)


Day 3 – Sunday, 13 January 2013

Kami berdua tidur lagi setelah sholat Subuh, badan masih terasa capek setelah seharian kemarin jalan sampai tengah malam. Jam 8 kami baru beranjak dari tempat tidur dan bersiap untuk sarapan. What a lazy Sunday indeed..

Kembali ke kamar setelah sarapan kami masih bersantai-santai. Masih malas mandi. Kamar terlihat berantakan sebab semalam saya terlalu capek dan malas untuk beberes. Meja di bawah jendela penuh barang, di bawahnya tempat sampah juga penuh. Koperpun masih berantakan. Di kursi bergantungan baju dan sajadah serta mukena. Haduh..pusing juga melihatnya. Harus segera beres-beres ini, apalagi kami harus check out siang ini.

Saya mulai melipat rapi baju-baju, mengelompokkannya lalu menaruhnya di koper. Baju kotor dan sandal jepit saya masukkan ke kantong plastik. Barang-barang yang sekiranya mudah pecah saya bungkus dengan kain atau baju. Makanan kering juga saya masukkan kantong plastik. Saya menyisihkan baju yang akan kami pakai hari ini, baju tidur dan baju yang akan kami pakai besok untuk nantinya ditaruh di dalam koper yang paling atas. Setelah mandi baru saya bereskan sisanya; baju kotor dan peralatan mandi. Seperti biasa suami sayalah yang duluan mandi, sedangkan saya melanjutkan packing lalu menyusul mandi  setelah ia selesai. 


Rupanya saat saya sedang mandi, suami saya malah membunuh kebosanan dengan foto-foto sendiri menggunakan tablet saya. Ini dia sebagian dari foto narsisnya hahaha....




Kami baru keluar kamar pukul 10.30. Tujuan kami, ke MBK, lagi! Hahaha….ada yang harus saya beli di sana. Suami saya mengiyakan saja walaupun dia bosan juga bolak-balik ke MBK. Setelah mendapatkan yang saya cari, suami mengajak untuk jalan-jalan ke Siam Discovery, Siam Center dan Siam Paragon yang tak jauh dari sana. Kami melihat-lihat sebentar di sana sampai tersadar bahwa kami harus check out dulu sebab tak terasa sudah hampir jam 12 siang. Jadi kami buru-buru kembali ke hotel.

Sesampai di hotel saya langsung menghampiri konter reception. Pada petugas wanita yang berdiri di belakang konter saya berkata, jika boleh kami ingin check out sekitar jam 12.30 supaya kami bisa sholat Dhuhur dulu. Ia kemudian mengecek nomor kamar kami di komputer lalu berkata bahwa kami boleh check out jam 13.00. Wow, thanks!
Check out

Nitip koper

Tak sampai jam 1 siang kami akhirnya turun ke lobi untuk check out. Setelah menyelesaikan urusan pembayaran, kami menitipkan koper supaya kami bisa jalan-jalan dulu dan akan mengambilnya sore nanti.

Jual apem di dekat hotel

Roti bakar di jalanan dekat hotel

Pisang bakar


Tujuan kami kali ini adalah ke Siam Paragon. Kira-kira 15 menitan kami jalan kaki hingga sampai ke sana melewati Siam Discovery dan Siam Center. Rencananya kami ingin ke Gourmet Market yang ada di lantai dasar Siam Paragon.

Gourmet Market sebenarnya adalah sebuah supermarket. Supermarket is kinda like a fave playground to my darling hubby, and me. Entah kenapa kami berdua selalu excited kalau ke supermarket besar dan serba lengkap, seperti di Gourmet Market ini. Mungkin karena banyak makanan dan kami suka makan hahaha….
Pertama kali masuk kami melihat display buah-buahan di rak pajang sungguh menarik hati, segerr! Tak jauh dari situ terliihat meja display yang di atasnya berderet kotak-kotak terbuat dari plastik tebal transparan. Isinya..buah-buah kering! Kami langsung mendekat dan mulai icip-icip sampel berbagai buah kering yang dipajang. Icip sana icip sini, kami akhirnya memutuskan membeli beberapa macam. Saya memilih Pomelo alias Jeruk Bali, warnanya hijau terang, rasanya asam segar. Suami saya memilih Gambia. Hmm apa ya Gambia itu? Potongannya mirip manisan Pala, warnanyapun mirip. Tapi yang ini rasanya asam. Suami saya memilih prune. Bentuknya bulat keriput, warnanya merah tua hampir coklat dan agak kering. Rasanya asam manis. Saya juga memilih Prune yang lain. Prune yang ini lebih lembab, tidak kering seperti prune yang pertama. Warnanyapun lebih merah dan tidak keriput. Rasanya? Asamnya bikin mengkerut hahaha…tapi enak!
Harga buah kering yang kami beli ini berkisar antara THB 130-an sampai THB 160-an per bungkus dengan berat  500 gr.
Dari  kiri atas searah jarum jam : Gambia, Prune kering, Prune Basah
 dan Jeruk Bali


Di depan rak buah-buahan kering ini ada sebuah keranjang bulat dari rotan yang isinya kacang Pistachio. Saya langsung mengambil sebungkus, tadinya yang ukuran 250 gr, tapi saya kemudian menukarnya dengan yang berukuran 500 gr..hehehe.. Harganya THB 380 per bungkus.
Lalu kami melihat ada sebuah gerai yang menarik, ada wanita berbaju tradisional korea di sana, kami mendekat untuk melihat. Rupanya yang dipajang di sana memang asli di datangkan dari Korea, yaitu buah strawberry organik. Warnanya merah segar, membuat ngiler. Daaan.. ukurannya jumbo! Hampir sebesar telur ayam! Tapi kami hanya melihat dengan takjub lalu melewatinya saja…

Strwberry segede telur ayam!

Persis di sebelahnya juga memajang buah berry jenis lain. Kali ini Mulberry. Kami langsung tertarik untuk membelinya. Lumayan untuk kami makan di hotel nanti malam. Harganya pun murah, satu bungkus hanya THB 140 saja beratnya mungkin sekitar 200 gr.

Mulberry

Lalu kami berkeliling lagi, mencicip minuman kesehatan yang berasal dari semacam jamur yang rasanya kalau orang Jawa bilang “ora ngalor ora ngidul” hahaha…
Saya juga mencicip jajanan khas Thailand mirip gula kacang. Versi Thailand isinya terdiri dari campuran kacang tanah, rice crispy, potongan kelapa kering dan wijen dibalur gula aren. Yang ini enak. Saya langsung membelinya sebungkus plastik lumayan besar J..harganya THB 100 saja.
Jajanan Thai, nggak tahu namanya


Ini juga biasa buat dessert

Di bagian bumbu-bumbu, saya dan suami membeli dua jenis bumbu khas Thailand berlogo halal, yaitu bumbu Tom Yam dan Green Curry. Suami saya juga membeli bumbu barbekyu dengan aroma asap kayu hickory.

Asyik sendiri

Lalu kami menuju bagian favorit, yaitu bagian makanan siap santap. Bagai anak kecil, kami langsung antusias berkeliling J..

Banyak sekali varian makanan yang dijual. Ada beragam makanan khas Thailand, makanan Jepang, Barbekyu, konter dessert yang beragam. Saya langsung ngiler melihat Ketan Durian. Langsung saja saya mengambil satu porsi. Ketannya cukup banyak, begitu juga duriannya, satu lonjor durian Bangkok yang gemuk! Yum! Porsinya cukup untuk dua orang. Harganya THB 100 saja!
Kami juga membeli seporsi nasi dengan unagi atau belut khas Jepang dan seporsi nasi dengan ikan mackerel bakar.

Nasi  Unagi

Tadinya saya pikir saya dan suami mau menghabiskan makanan-makanan siap santap ini di dalam supermarket. Tapi karena meja dan kursi yang disediakan penuh terisi pengunjung yang sedang makan, kami akhirnya langsung menuju kasir untk membayar belanjaan kami.

Keluar dari Gourmet Market bukan berarti godaan telah habis. Di sekitarnya banyak sekali gerai makanan yang menggugah selera. Kami melewati gerai yang menjual makanan Korea, barbekyu, Makanan khas Thailand, Kebab dan masih banyak lainnya. Dan yah kami tergoda untuk membeli kebab tentunya hehehe…
Di sebelahnya terdapat foodcourt dengan lebih kurang 20 gerai yang menjual berbagai jenis makanan. Meja kursi yang di sediakan di sekeliling food court hampir semuanya terisi, padahal puluhan jumlahnya. Kami lalu berkeliling melihat-lihat makanan yang dijajakan dan menemukan bahwa cuma ada satu gerai yang menjual makanan halal. Daaan lagi-lagi Nasi Kuning dengan berbagai Kari dan Ayam Goreng Tepung juga martabak khas India. Jadi itulah yang kami pesan. Setelah selasai makan, suami saya tertarik untuk membeli sushi yang didisplay dalam mesin pendingin..bertambah lagi deh jumlah jinjingan yang berisi makanan..hehehe. Sudah saatnya pulang ke hotel kayaknya nih.

Di perjalanan pulang kami masih sempat mampir ke beberapa toko yang menjual beragam pernak-pernik lucu di Siam Center. Melewati keramaian di pelataran  Siam Discovery, melirik butik-butik keren di sana sambil terus berjalan menuju hotel. Kurang lebih jam 4 sore kami tiba di hotel lagi.

Setelah mengambil koper yang kami titipkan, saya minta tolong pada bellboy untuk memanggilkan taksi. Saya bilang pada bellboy itu bahwa kami hendak menuju Hotel Amari Don Muang. Dia bilang oke dan meminta kami menunggu di lobi hotel Mercure yang memang letaknya bersebelahan dengan lobi hotel Ibis ini dan hanya dibatasi oleh pintu kaca saja,  sebenarnya sih kedua hotel ini berbagi bangunan yang sama.

Tak sampai sepuluh menit, taksi sudah ada di depan lobi. Bellboy itu lalu berbicara pada supirnya sepertinya memberitahu tujuan kami. Saya lalu memberi si bellboy tip seadanya lalu bergegas masuk taksi. Karena supir tak bertanya apa-apa kami pun menganggapnya sudah tahu tujuan kami.
Tak lama kamipun memasuki jalan tol dan meluncur  ke arah Don Muang Airport. Jalanan tak semacet seperti pada saat kami baru tiba di Bangkok 2 hari lalu, malah cenderung lancar. Jadi perjalanan terasa dan memang lebih cepat. Ongkosnyapun lebih murah tentunya.

Otw ke Amari Hotel

Lalu saya melihat plang tanda kecil bertuliskan “Amari” di depan sebuah belokan kecil di kiri kami, tapi taksi kami melewatinya. Saya agak curiga tapi diam saja karena berpikir sang supir pastinya lebih tahu jalan dibanding kami. Tak sampai 2 menit kemudian say amelihat tanda “Arrival” di depan saya..waduh kok sudah sampai terminal kedatangan bandara ya? Pasti si supir mengira kami hendak ke Bandara Don Muang. Akhirnya saya cepat-cepat bilang, kalau kami bukan mau ke Bandara Don Muang tetapi ke hotel Amari Don Muang yang letaknya tak jauh dari bandara. Hihihi..si sopir ngomel-ngomel jadinya. Untungnya pakai bahasa Thai jadi okelah wong nggak ngerti ini. Saya langsung bilang bahwa tujuan kami ke Hotel Amari Don Muang. Untungnya belokan untuk putar balik tak terlalu jauh dari sana, jadi tak sampai 10 menit kami sudah tiba di depan hotel. Setelah membayar taksi kami segera menghampiri konter reception.

Seorang receptionist wanita menyapa kami. Saya mengulurkan paspor kami dan berkata bahwa reservasi kami adalah atas nama suami seperti yang tertera di paspornya. Ia lalu mengecek di komputer. Agak lama ia mengetik dan melihat layar lalu berkata bahwa ia tak menemukan reservasi atas nama suami saya. Saya lalu memberinya bukti reservasi kami. Dan ia mulai mengecek lagi, dan lagi-lagi tak menemukannya sampai ia meminta bantuan rekan kerjanya. Tak lama ia menemukannya dan kemudian membawa paspor kami untuk difoto copy, meminta suami tanda tangan di formulir pendaftaran lalu menyerahkan kunci. Tak ada bellboy yang membantu kami membawakan barang, jadi kami langsung menuju lift kemudian naik ke lantai 3 menuju kamar kami.

Kamar hotel Amari, jadul yak!






Sesampai di kamar, kami segera menunaikan sholat ashar dan berencana untuk menghabiskan waktu di kolam renang hotel. Tapi melihat langit yang mendung kami mengurungkat niat untuk berenang, Alih-alih berenang, kami malah makan! Hahaha….
Oh iya, jadi ingat bahwa kami masih menenteng-nenteng sebungkus ketan durian yang kami beli tadi siang. Durian memang benar-benar raja buah ya, baunya itu loh, walau dibungkus dengan 3 lapis tas plastik, tetap saja baunya tembus keluar. Mau kami makan di kamar nanti kena tegur pihak hotel karena baunya kan repot.

Sehabis makan nasi dengan unagi, nasi dengan ikan mackerel dan kebab yang tak kami habiskan karena kebabnya rasanya asiiin, kami berjalan-jalan melihat sekeliling hotel sambil menunggu waktu maghrib. Sebenarnya sih sekalian melihat-lihat spot untuk kami menghabiskan ketan durian hihihi…

Berbeda dengan hotel Ibis yang baru dan minimalis, hotel Amari Don Muang ini adalah hotel lama. Mungkin hotel ini pernah menjadi hotel yang popular di thn 90an. Sejak bandara international dipindahkan ke Suvarnabhumi kemudian bandara Don Muang hanya dipakai untuk bandara penerbangan domestik, kemungkinan hotel ini sempat sepi pengunjung. Tapi sejak tahun lalu AirAsia memindahkan pendaratan pesawat mereka ke bandara Don Muang sehingga hotel ini kembali diminati. Hari ini hotel fully booked. Sebab hotel ini sangat dekat dengan bandara. Dari lantai 2 hotel ada jalan yang menghubungkannya dengan terminal kedatangan bandara Don Muang, hanya butuh 5 menit jalan kaki, tinggal turun dengan lift sampailah ke ruang kedatangan. Sangat memudahkan bukan? Apalagi bagi kami yang akan pulang dengan penerbangan yang sangat pagi jamnya.

Jadi setelah maghrib kami turun lagi ke area lobi. Rupanya tak jauh dari lift, di dekat konter concierge, ada sebuah pintu kecil yang keluar ke bagian samping depan hotel. Dan di sudut luarnya ada sebuah meja serta bangku yang terbuat dari semen. Sudut itu lumayan gelap loh, mana di bawah pohon besar lagi, creepy! J..yang menyebalkan lagi saat menyantap ketan durian yang enak banget itu, (asli, duriannya benar-benar enak dan sudah tanpa biji lagi), eh diganggu oleh nyamuk yang menggigit kaki kami. Suami saya langsung mengajak masuk ke lobi lagi. Akhirnya saya cepat-cepat menghabiskannya, sendiri! Nggak habis sih, sayang yah... Soalnya suami saya sudah terlalu pusing mencium baunya dari tadi sampai jadinya nggak selera untuk menyantapnya.

Ini foto dr samping hotel sehabis makan ketan durian! :D

Akhirnya kami kembali ke lobi setelah itu. Kemudian kami mendatangi konter reception untuk meminta kode akses Wi Fi mereka. Tak seperti di Ibis yang Wi Fi gratisnya bisa kami akses dari kamar, di Amari Don Muang ini kami hanya bisa mengakses Wi-fi gratisnya dari lobi saja, itu pun dibatasi hanya 3 jam saja. Kalau hendak mengakses dari kamar, kami harus membayar paling murah THB 100  untuk 2 jam atau THB 400 untuk 24 jam. Sayang juga kalau harus beli lagi sebab kami hanya punya waktu malam ini saja, esok jam 4 pagi sudah harus check out sebab flight kami jam 6 pagi.

Jadi malam ini kami menghabiskan waktu di lobi saja. Sambil duduk-duduk di lobi, mengakses internet, foto-foto. Di salah satu ruang di dekat kami duduk ternyata sedang ada acara yang sepertinya Prom Night. Banyak anak-anak muda yang sepertinya masih duduk di bangku sekolah menengah berdandan bak orang dewasa. Memakai baju yang terlihat mahal, memakai sepatu berhak tinggi dan lancip, menata rambut ke salon dan sibuk berpose bergerombol atau sendiri-sendiri. Kami berdua langsung sibuk mengomentari mereka. Kebanyakan bajunya memang bagus-bagus dan terlihat keluaran butik, tapi ada pula yang tampak tak cocok untuk bentuk tubuhnya. Ada yang menata rambut dengan natural dan terlihat age appropriate ada juga yang menata rambut mirip Imelda Marcos..hahaha…dasar comel kami ini.

Foto2 di lobby

Masih di Lobby

Lama-lama bosan dan ngantuk juga hanya duduk-duduk di lobi, jadi kami memutuskan untuk kembali ke kamar. Seperti biasa suami saya paling sering merasa lapar kalau sedang liburan. Jadilah ia memboolak-balik menu room service, tapi rupanya tak tertarik untuk memesan. Akhirnya ia hanya makan buah mulberry yang kami beli tadi siang juga sushi yang tadi saya simpan di kulkas kecil dalam kamar. Saya lalu membuatkannya teh panas.

Saya mulai packing lagi, mempersiapkan baju untuk kami pakai pulang besok memasukkan barang yang sudah tak kami pakai lagi, menutup koper lalu menimbangnya. Ya, karena kalau naik maskapai budget seperti AirAsia kami memang selalu berbekal travel scale sekarang. Supaya tak harus membayar kelebihan beban bagasi yang pastinya harganya berlipat ganda pada saat check in. Been there done that hahaha…Alhamdulillah, berat koper hanya 19 Kg sedang bagasi yang kami beli 20 Kg. Aman.

Tak lama saya naik ke tempat tidur, menonton TV sebentar lalu tak tahan menahan kantuk saya pamitan untuk tidur duluan ke suami sambil mengingatkan untuk memasang alarm jam 3.30 dini hari nanti walaupun pada saat check in saya sudah memesan wake up call di jam yang sama.

Good Night, darling…
Good Night, Bangkok..



Day 4 – Monday, 14 January 2013

Jam 4 pagi kami sudah siap check out. Lalu segera naik eskalator di depan konter reception menuju lantai 2 hotel, berbelok ke kanan memasuki lorong jalan penghubung antara hotel dan terminal keberangkatan bandara Don Muang, memasuki lift di ujung jalan sebelah kiri,  turun dengan lift ke lantai dasar, dan bersiap untuk antri bersama penumpang lai. Bandara sudah ramai, antrian juga panjang.

Ngantri check in

Tiga puluh menit kemudian kami sudah mengantri di immigrasi. Pada saat memasukkan barang pada alat x-ray, tas saya sempat diperiksa. Rupanya gara-gara pembatas buku di tas tenteng saya yang terbuat dari besi panjang berbentuk seperti tusuk sate, membuat petugas menghentikan saya dan menyuruh saya mengeluarkan barang-barang di tas itu. Untungnya setelah diperiksa petugas membiarkan saya lewat, Alhamdulillah. Lain kali saya harus ingat kalau bawa buku saat traveling tak boleh membawa pembatas buku dari besi hadiah dari seorang sahabat saat dia pulang dari Argentina itu. Seorang lelaki bule berbadan besar di samping saya tadi sedang bernegosiasi alot dengan petugas sebab ia membawa sebuah barang yang terdiri berbagai berbagai macam tools mini seperti gunting, gunting kuku, pisau, obeng dll merk Victorinox. Entah dia lolos dengan membayar denda atau bagaimana saya tak tahu lagi sebab tak lama setelah urusan denga petugas pemeriksa selesai saya segera beranjak dari sana.

Kontras dengan bangunan luarnya yang terlihat tua dan agak kusam, bagian dalam bandara Don Muang ini bagus, modern, bersih dan sejuk tentunya. Sayangnya tak seperti bandara Suvarnabhumi kami tak menemukan mushola di sana atau mungkin kami yang tak tahu letaknya dan tak sempat bertanya pada petugas bandara.

Beberapa toko oleh-oleh dan restoran juga sudah buka pagi itu. Kami sempat membeli obat di drugstore yang terdapat di ruang tunggu sebab batuk suami saya rupanya semakin menjadi. Kami sempat membeli donat dan minuman untuk sarapan di Dunkin Donat. Lumayan menenangkan perut yang mulai lapar.
Kami boarding tepat waktu. Di luar jendela pesawat, cuaca Bangkok lumayan berawan. Pesawat penuh penumpang dan kami siap pulang ke Bali. So long Bangkok, til we meet again. Alhamdulillah, liburan singkat yang menyenangkan.

Bismillahi tawakaltu alallahi wala haula wala quwata illa billahil alihil adzim, doa saya dalam hati saat take off sambil menggenggam tangan suami.

~The End~

1 comment:

  1. wah asik banget nih artikelnya di baca

    Yukk wisata ke Dieng bersama kami cukup klik dan lihat penawaran di Paket Wisata Dieng website kami Paket Wisata Dieng

    ReplyDelete