Saturday, January 26, 2013

Weekend Getaway - Bangkok 11-14 January 2013 (Part 3-Last)


Day 3 – Sunday, 13 January 2013

Kami berdua tidur lagi setelah sholat Subuh, badan masih terasa capek setelah seharian kemarin jalan sampai tengah malam. Jam 8 kami baru beranjak dari tempat tidur dan bersiap untuk sarapan. What a lazy Sunday indeed..

Kembali ke kamar setelah sarapan kami masih bersantai-santai. Masih malas mandi. Kamar terlihat berantakan sebab semalam saya terlalu capek dan malas untuk beberes. Meja di bawah jendela penuh barang, di bawahnya tempat sampah juga penuh. Koperpun masih berantakan. Di kursi bergantungan baju dan sajadah serta mukena. Haduh..pusing juga melihatnya. Harus segera beres-beres ini, apalagi kami harus check out siang ini.

Saya mulai melipat rapi baju-baju, mengelompokkannya lalu menaruhnya di koper. Baju kotor dan sandal jepit saya masukkan ke kantong plastik. Barang-barang yang sekiranya mudah pecah saya bungkus dengan kain atau baju. Makanan kering juga saya masukkan kantong plastik. Saya menyisihkan baju yang akan kami pakai hari ini, baju tidur dan baju yang akan kami pakai besok untuk nantinya ditaruh di dalam koper yang paling atas. Setelah mandi baru saya bereskan sisanya; baju kotor dan peralatan mandi. Seperti biasa suami sayalah yang duluan mandi, sedangkan saya melanjutkan packing lalu menyusul mandi  setelah ia selesai. 


Rupanya saat saya sedang mandi, suami saya malah membunuh kebosanan dengan foto-foto sendiri menggunakan tablet saya. Ini dia sebagian dari foto narsisnya hahaha....




Kami baru keluar kamar pukul 10.30. Tujuan kami, ke MBK, lagi! Hahaha….ada yang harus saya beli di sana. Suami saya mengiyakan saja walaupun dia bosan juga bolak-balik ke MBK. Setelah mendapatkan yang saya cari, suami mengajak untuk jalan-jalan ke Siam Discovery, Siam Center dan Siam Paragon yang tak jauh dari sana. Kami melihat-lihat sebentar di sana sampai tersadar bahwa kami harus check out dulu sebab tak terasa sudah hampir jam 12 siang. Jadi kami buru-buru kembali ke hotel.

Sesampai di hotel saya langsung menghampiri konter reception. Pada petugas wanita yang berdiri di belakang konter saya berkata, jika boleh kami ingin check out sekitar jam 12.30 supaya kami bisa sholat Dhuhur dulu. Ia kemudian mengecek nomor kamar kami di komputer lalu berkata bahwa kami boleh check out jam 13.00. Wow, thanks!
Check out

Nitip koper

Tak sampai jam 1 siang kami akhirnya turun ke lobi untuk check out. Setelah menyelesaikan urusan pembayaran, kami menitipkan koper supaya kami bisa jalan-jalan dulu dan akan mengambilnya sore nanti.

Jual apem di dekat hotel

Roti bakar di jalanan dekat hotel

Pisang bakar


Tujuan kami kali ini adalah ke Siam Paragon. Kira-kira 15 menitan kami jalan kaki hingga sampai ke sana melewati Siam Discovery dan Siam Center. Rencananya kami ingin ke Gourmet Market yang ada di lantai dasar Siam Paragon.

Gourmet Market sebenarnya adalah sebuah supermarket. Supermarket is kinda like a fave playground to my darling hubby, and me. Entah kenapa kami berdua selalu excited kalau ke supermarket besar dan serba lengkap, seperti di Gourmet Market ini. Mungkin karena banyak makanan dan kami suka makan hahaha….
Pertama kali masuk kami melihat display buah-buahan di rak pajang sungguh menarik hati, segerr! Tak jauh dari situ terliihat meja display yang di atasnya berderet kotak-kotak terbuat dari plastik tebal transparan. Isinya..buah-buah kering! Kami langsung mendekat dan mulai icip-icip sampel berbagai buah kering yang dipajang. Icip sana icip sini, kami akhirnya memutuskan membeli beberapa macam. Saya memilih Pomelo alias Jeruk Bali, warnanya hijau terang, rasanya asam segar. Suami saya memilih Gambia. Hmm apa ya Gambia itu? Potongannya mirip manisan Pala, warnanyapun mirip. Tapi yang ini rasanya asam. Suami saya memilih prune. Bentuknya bulat keriput, warnanya merah tua hampir coklat dan agak kering. Rasanya asam manis. Saya juga memilih Prune yang lain. Prune yang ini lebih lembab, tidak kering seperti prune yang pertama. Warnanyapun lebih merah dan tidak keriput. Rasanya? Asamnya bikin mengkerut hahaha…tapi enak!
Harga buah kering yang kami beli ini berkisar antara THB 130-an sampai THB 160-an per bungkus dengan berat  500 gr.
Dari  kiri atas searah jarum jam : Gambia, Prune kering, Prune Basah
 dan Jeruk Bali


Di depan rak buah-buahan kering ini ada sebuah keranjang bulat dari rotan yang isinya kacang Pistachio. Saya langsung mengambil sebungkus, tadinya yang ukuran 250 gr, tapi saya kemudian menukarnya dengan yang berukuran 500 gr..hehehe.. Harganya THB 380 per bungkus.
Lalu kami melihat ada sebuah gerai yang menarik, ada wanita berbaju tradisional korea di sana, kami mendekat untuk melihat. Rupanya yang dipajang di sana memang asli di datangkan dari Korea, yaitu buah strawberry organik. Warnanya merah segar, membuat ngiler. Daaan.. ukurannya jumbo! Hampir sebesar telur ayam! Tapi kami hanya melihat dengan takjub lalu melewatinya saja…

Strwberry segede telur ayam!

Persis di sebelahnya juga memajang buah berry jenis lain. Kali ini Mulberry. Kami langsung tertarik untuk membelinya. Lumayan untuk kami makan di hotel nanti malam. Harganya pun murah, satu bungkus hanya THB 140 saja beratnya mungkin sekitar 200 gr.

Mulberry

Lalu kami berkeliling lagi, mencicip minuman kesehatan yang berasal dari semacam jamur yang rasanya kalau orang Jawa bilang “ora ngalor ora ngidul” hahaha…
Saya juga mencicip jajanan khas Thailand mirip gula kacang. Versi Thailand isinya terdiri dari campuran kacang tanah, rice crispy, potongan kelapa kering dan wijen dibalur gula aren. Yang ini enak. Saya langsung membelinya sebungkus plastik lumayan besar J..harganya THB 100 saja.
Jajanan Thai, nggak tahu namanya


Ini juga biasa buat dessert

Di bagian bumbu-bumbu, saya dan suami membeli dua jenis bumbu khas Thailand berlogo halal, yaitu bumbu Tom Yam dan Green Curry. Suami saya juga membeli bumbu barbekyu dengan aroma asap kayu hickory.

Asyik sendiri

Lalu kami menuju bagian favorit, yaitu bagian makanan siap santap. Bagai anak kecil, kami langsung antusias berkeliling J..

Banyak sekali varian makanan yang dijual. Ada beragam makanan khas Thailand, makanan Jepang, Barbekyu, konter dessert yang beragam. Saya langsung ngiler melihat Ketan Durian. Langsung saja saya mengambil satu porsi. Ketannya cukup banyak, begitu juga duriannya, satu lonjor durian Bangkok yang gemuk! Yum! Porsinya cukup untuk dua orang. Harganya THB 100 saja!
Kami juga membeli seporsi nasi dengan unagi atau belut khas Jepang dan seporsi nasi dengan ikan mackerel bakar.

Nasi  Unagi

Tadinya saya pikir saya dan suami mau menghabiskan makanan-makanan siap santap ini di dalam supermarket. Tapi karena meja dan kursi yang disediakan penuh terisi pengunjung yang sedang makan, kami akhirnya langsung menuju kasir untk membayar belanjaan kami.

Keluar dari Gourmet Market bukan berarti godaan telah habis. Di sekitarnya banyak sekali gerai makanan yang menggugah selera. Kami melewati gerai yang menjual makanan Korea, barbekyu, Makanan khas Thailand, Kebab dan masih banyak lainnya. Dan yah kami tergoda untuk membeli kebab tentunya hehehe…
Di sebelahnya terdapat foodcourt dengan lebih kurang 20 gerai yang menjual berbagai jenis makanan. Meja kursi yang di sediakan di sekeliling food court hampir semuanya terisi, padahal puluhan jumlahnya. Kami lalu berkeliling melihat-lihat makanan yang dijajakan dan menemukan bahwa cuma ada satu gerai yang menjual makanan halal. Daaan lagi-lagi Nasi Kuning dengan berbagai Kari dan Ayam Goreng Tepung juga martabak khas India. Jadi itulah yang kami pesan. Setelah selasai makan, suami saya tertarik untuk membeli sushi yang didisplay dalam mesin pendingin..bertambah lagi deh jumlah jinjingan yang berisi makanan..hehehe. Sudah saatnya pulang ke hotel kayaknya nih.

Di perjalanan pulang kami masih sempat mampir ke beberapa toko yang menjual beragam pernak-pernik lucu di Siam Center. Melewati keramaian di pelataran  Siam Discovery, melirik butik-butik keren di sana sambil terus berjalan menuju hotel. Kurang lebih jam 4 sore kami tiba di hotel lagi.

Setelah mengambil koper yang kami titipkan, saya minta tolong pada bellboy untuk memanggilkan taksi. Saya bilang pada bellboy itu bahwa kami hendak menuju Hotel Amari Don Muang. Dia bilang oke dan meminta kami menunggu di lobi hotel Mercure yang memang letaknya bersebelahan dengan lobi hotel Ibis ini dan hanya dibatasi oleh pintu kaca saja,  sebenarnya sih kedua hotel ini berbagi bangunan yang sama.

Tak sampai sepuluh menit, taksi sudah ada di depan lobi. Bellboy itu lalu berbicara pada supirnya sepertinya memberitahu tujuan kami. Saya lalu memberi si bellboy tip seadanya lalu bergegas masuk taksi. Karena supir tak bertanya apa-apa kami pun menganggapnya sudah tahu tujuan kami.
Tak lama kamipun memasuki jalan tol dan meluncur  ke arah Don Muang Airport. Jalanan tak semacet seperti pada saat kami baru tiba di Bangkok 2 hari lalu, malah cenderung lancar. Jadi perjalanan terasa dan memang lebih cepat. Ongkosnyapun lebih murah tentunya.

Otw ke Amari Hotel

Lalu saya melihat plang tanda kecil bertuliskan “Amari” di depan sebuah belokan kecil di kiri kami, tapi taksi kami melewatinya. Saya agak curiga tapi diam saja karena berpikir sang supir pastinya lebih tahu jalan dibanding kami. Tak sampai 2 menit kemudian say amelihat tanda “Arrival” di depan saya..waduh kok sudah sampai terminal kedatangan bandara ya? Pasti si supir mengira kami hendak ke Bandara Don Muang. Akhirnya saya cepat-cepat bilang, kalau kami bukan mau ke Bandara Don Muang tetapi ke hotel Amari Don Muang yang letaknya tak jauh dari bandara. Hihihi..si sopir ngomel-ngomel jadinya. Untungnya pakai bahasa Thai jadi okelah wong nggak ngerti ini. Saya langsung bilang bahwa tujuan kami ke Hotel Amari Don Muang. Untungnya belokan untuk putar balik tak terlalu jauh dari sana, jadi tak sampai 10 menit kami sudah tiba di depan hotel. Setelah membayar taksi kami segera menghampiri konter reception.

Seorang receptionist wanita menyapa kami. Saya mengulurkan paspor kami dan berkata bahwa reservasi kami adalah atas nama suami seperti yang tertera di paspornya. Ia lalu mengecek di komputer. Agak lama ia mengetik dan melihat layar lalu berkata bahwa ia tak menemukan reservasi atas nama suami saya. Saya lalu memberinya bukti reservasi kami. Dan ia mulai mengecek lagi, dan lagi-lagi tak menemukannya sampai ia meminta bantuan rekan kerjanya. Tak lama ia menemukannya dan kemudian membawa paspor kami untuk difoto copy, meminta suami tanda tangan di formulir pendaftaran lalu menyerahkan kunci. Tak ada bellboy yang membantu kami membawakan barang, jadi kami langsung menuju lift kemudian naik ke lantai 3 menuju kamar kami.

Kamar hotel Amari, jadul yak!






Sesampai di kamar, kami segera menunaikan sholat ashar dan berencana untuk menghabiskan waktu di kolam renang hotel. Tapi melihat langit yang mendung kami mengurungkat niat untuk berenang, Alih-alih berenang, kami malah makan! Hahaha….
Oh iya, jadi ingat bahwa kami masih menenteng-nenteng sebungkus ketan durian yang kami beli tadi siang. Durian memang benar-benar raja buah ya, baunya itu loh, walau dibungkus dengan 3 lapis tas plastik, tetap saja baunya tembus keluar. Mau kami makan di kamar nanti kena tegur pihak hotel karena baunya kan repot.

Sehabis makan nasi dengan unagi, nasi dengan ikan mackerel dan kebab yang tak kami habiskan karena kebabnya rasanya asiiin, kami berjalan-jalan melihat sekeliling hotel sambil menunggu waktu maghrib. Sebenarnya sih sekalian melihat-lihat spot untuk kami menghabiskan ketan durian hihihi…

Berbeda dengan hotel Ibis yang baru dan minimalis, hotel Amari Don Muang ini adalah hotel lama. Mungkin hotel ini pernah menjadi hotel yang popular di thn 90an. Sejak bandara international dipindahkan ke Suvarnabhumi kemudian bandara Don Muang hanya dipakai untuk bandara penerbangan domestik, kemungkinan hotel ini sempat sepi pengunjung. Tapi sejak tahun lalu AirAsia memindahkan pendaratan pesawat mereka ke bandara Don Muang sehingga hotel ini kembali diminati. Hari ini hotel fully booked. Sebab hotel ini sangat dekat dengan bandara. Dari lantai 2 hotel ada jalan yang menghubungkannya dengan terminal kedatangan bandara Don Muang, hanya butuh 5 menit jalan kaki, tinggal turun dengan lift sampailah ke ruang kedatangan. Sangat memudahkan bukan? Apalagi bagi kami yang akan pulang dengan penerbangan yang sangat pagi jamnya.

Jadi setelah maghrib kami turun lagi ke area lobi. Rupanya tak jauh dari lift, di dekat konter concierge, ada sebuah pintu kecil yang keluar ke bagian samping depan hotel. Dan di sudut luarnya ada sebuah meja serta bangku yang terbuat dari semen. Sudut itu lumayan gelap loh, mana di bawah pohon besar lagi, creepy! J..yang menyebalkan lagi saat menyantap ketan durian yang enak banget itu, (asli, duriannya benar-benar enak dan sudah tanpa biji lagi), eh diganggu oleh nyamuk yang menggigit kaki kami. Suami saya langsung mengajak masuk ke lobi lagi. Akhirnya saya cepat-cepat menghabiskannya, sendiri! Nggak habis sih, sayang yah... Soalnya suami saya sudah terlalu pusing mencium baunya dari tadi sampai jadinya nggak selera untuk menyantapnya.

Ini foto dr samping hotel sehabis makan ketan durian! :D

Akhirnya kami kembali ke lobi setelah itu. Kemudian kami mendatangi konter reception untuk meminta kode akses Wi Fi mereka. Tak seperti di Ibis yang Wi Fi gratisnya bisa kami akses dari kamar, di Amari Don Muang ini kami hanya bisa mengakses Wi-fi gratisnya dari lobi saja, itu pun dibatasi hanya 3 jam saja. Kalau hendak mengakses dari kamar, kami harus membayar paling murah THB 100  untuk 2 jam atau THB 400 untuk 24 jam. Sayang juga kalau harus beli lagi sebab kami hanya punya waktu malam ini saja, esok jam 4 pagi sudah harus check out sebab flight kami jam 6 pagi.

Jadi malam ini kami menghabiskan waktu di lobi saja. Sambil duduk-duduk di lobi, mengakses internet, foto-foto. Di salah satu ruang di dekat kami duduk ternyata sedang ada acara yang sepertinya Prom Night. Banyak anak-anak muda yang sepertinya masih duduk di bangku sekolah menengah berdandan bak orang dewasa. Memakai baju yang terlihat mahal, memakai sepatu berhak tinggi dan lancip, menata rambut ke salon dan sibuk berpose bergerombol atau sendiri-sendiri. Kami berdua langsung sibuk mengomentari mereka. Kebanyakan bajunya memang bagus-bagus dan terlihat keluaran butik, tapi ada pula yang tampak tak cocok untuk bentuk tubuhnya. Ada yang menata rambut dengan natural dan terlihat age appropriate ada juga yang menata rambut mirip Imelda Marcos..hahaha…dasar comel kami ini.

Foto2 di lobby

Masih di Lobby

Lama-lama bosan dan ngantuk juga hanya duduk-duduk di lobi, jadi kami memutuskan untuk kembali ke kamar. Seperti biasa suami saya paling sering merasa lapar kalau sedang liburan. Jadilah ia memboolak-balik menu room service, tapi rupanya tak tertarik untuk memesan. Akhirnya ia hanya makan buah mulberry yang kami beli tadi siang juga sushi yang tadi saya simpan di kulkas kecil dalam kamar. Saya lalu membuatkannya teh panas.

Saya mulai packing lagi, mempersiapkan baju untuk kami pakai pulang besok memasukkan barang yang sudah tak kami pakai lagi, menutup koper lalu menimbangnya. Ya, karena kalau naik maskapai budget seperti AirAsia kami memang selalu berbekal travel scale sekarang. Supaya tak harus membayar kelebihan beban bagasi yang pastinya harganya berlipat ganda pada saat check in. Been there done that hahaha…Alhamdulillah, berat koper hanya 19 Kg sedang bagasi yang kami beli 20 Kg. Aman.

Tak lama saya naik ke tempat tidur, menonton TV sebentar lalu tak tahan menahan kantuk saya pamitan untuk tidur duluan ke suami sambil mengingatkan untuk memasang alarm jam 3.30 dini hari nanti walaupun pada saat check in saya sudah memesan wake up call di jam yang sama.

Good Night, darling…
Good Night, Bangkok..



Day 4 – Monday, 14 January 2013

Jam 4 pagi kami sudah siap check out. Lalu segera naik eskalator di depan konter reception menuju lantai 2 hotel, berbelok ke kanan memasuki lorong jalan penghubung antara hotel dan terminal keberangkatan bandara Don Muang, memasuki lift di ujung jalan sebelah kiri,  turun dengan lift ke lantai dasar, dan bersiap untuk antri bersama penumpang lai. Bandara sudah ramai, antrian juga panjang.

Ngantri check in

Tiga puluh menit kemudian kami sudah mengantri di immigrasi. Pada saat memasukkan barang pada alat x-ray, tas saya sempat diperiksa. Rupanya gara-gara pembatas buku di tas tenteng saya yang terbuat dari besi panjang berbentuk seperti tusuk sate, membuat petugas menghentikan saya dan menyuruh saya mengeluarkan barang-barang di tas itu. Untungnya setelah diperiksa petugas membiarkan saya lewat, Alhamdulillah. Lain kali saya harus ingat kalau bawa buku saat traveling tak boleh membawa pembatas buku dari besi hadiah dari seorang sahabat saat dia pulang dari Argentina itu. Seorang lelaki bule berbadan besar di samping saya tadi sedang bernegosiasi alot dengan petugas sebab ia membawa sebuah barang yang terdiri berbagai berbagai macam tools mini seperti gunting, gunting kuku, pisau, obeng dll merk Victorinox. Entah dia lolos dengan membayar denda atau bagaimana saya tak tahu lagi sebab tak lama setelah urusan denga petugas pemeriksa selesai saya segera beranjak dari sana.

Kontras dengan bangunan luarnya yang terlihat tua dan agak kusam, bagian dalam bandara Don Muang ini bagus, modern, bersih dan sejuk tentunya. Sayangnya tak seperti bandara Suvarnabhumi kami tak menemukan mushola di sana atau mungkin kami yang tak tahu letaknya dan tak sempat bertanya pada petugas bandara.

Beberapa toko oleh-oleh dan restoran juga sudah buka pagi itu. Kami sempat membeli obat di drugstore yang terdapat di ruang tunggu sebab batuk suami saya rupanya semakin menjadi. Kami sempat membeli donat dan minuman untuk sarapan di Dunkin Donat. Lumayan menenangkan perut yang mulai lapar.
Kami boarding tepat waktu. Di luar jendela pesawat, cuaca Bangkok lumayan berawan. Pesawat penuh penumpang dan kami siap pulang ke Bali. So long Bangkok, til we meet again. Alhamdulillah, liburan singkat yang menyenangkan.

Bismillahi tawakaltu alallahi wala haula wala quwata illa billahil alihil adzim, doa saya dalam hati saat take off sambil menggenggam tangan suami.

~The End~

Wednesday, January 23, 2013

Weekend Getaway - Bangkok 11-14 January 2013 (Part 2.2)


Day 2 - Saturday, 12 January 2013

Masih sore, berarti hari masih cukup panjang dan kami akhirnya mulai lapar juga. Karena tadi pagi sarapan cukup banyak, sedang siangnya di JJ Market kami banyak minum dan makan snack, kami jadi skip lunch hari ini. Wajar saja, jam 5 sore kami sudah mulai lapar. Jadi walau kaki pegal, kami siap jalan lagi demi memuaskan si perut yang sudah protes. Tujuan kami nggak jauh-jauh kok, ke MBK.

Sampai sana kami langsung menuju lantai 6, tempat di mana foodcourt berada. Setelah membeli kupon di konter, kami segera keliling melihat-lihat gerai makanan yang ada. Wah, saya langsung ngiler melihat gerai Mie dengan Bebek Panggang. Sayangnya tak ada tanda halal di papan namanya, jadi saya tak berani membelinya walaupun di daftar menu tak tertulis kalau gerai ini menjual babi. Tapi siapa yang tahu kalau mereka menggunakan lemak atau minyak babi misalnya. Ya sudahlah, saya menelan ludah saja. Rupanya gerai yang halal cuma ada satu di sana, yaitu gerai makanan yang menjual Nasi Kuning dengan Kari Ayam atau Ayam goreng Tepung dan Young Tau Fu. Kami akhirnya pesan keduanya, juga memesan samosa dan roti goreng. Harganya pun cukup murah sekitar THB 60 saja untuk Nasi Kuning dan Ayam Goreng Tepung. Young Tau Fu kalau tak salah THB 50, sedang Samosa dan roti goreng masing-masing THB 20.

Mari makaaaannn..

Nasi Kuning + Ayam Goreng Tepung + Sambel Bangkok :D ga cucok ya sambelnya..

Yount Tau Fu a ala Thai ga seenak versi S'pore..

Samosa & Roti goreng..so so lah!

Kelar makan kami segera beranjak pergi. Suami saya mengajak ke lantai 4, mau melihat-lihat gadget katanya. Tak lama keliling melihat-lihat, kok kaki berasa tambah pegal ya. Jadi kami memutuskan untuk mencari tempat pijat yang kami lihat ada beberapa di lantai 3. Jadi turunlah kami ke lantai 3. Tapi rupanya kami kurang beruntung, dari tiga tempat pijat yang kami datangi semuanya penuh. Lalu saya ingat ada konter informasi di dekat pintu masuk tadi. Segera kami ke sana untuk bertanya di mana lagi ada tempat pijat di mall ini. Gadis muda yang jaga di konter langsung mengambil peta MBK dan memberi tahu kami selain 3 tempat yang kami datangi tadi ada satu di lantai 5 di dekat International Foodcourt-nya dan dua lagi di lantai 6 di zona pedagang souvenir. Ia lalu melingkari ketiga tempat tersebut di peta. Setelah mengucap terima kasih kami lalu menuju eskalator.

Suami saya bilang kalau dia ingat kami pernah melewati tempat pijat/spa yang ada di lantai 6. Jadi kami memutuskan untuk ke sana saja. Kami berbelok ke arah kiri setelah turun dari eskalator. Melewati pedagang-pedagang yang menjual berbagai souvenir sampai hampir ke ujung bangunan baru kami menemukannya.
Tempatnya lumayan besar di banding yang ada di lantai tiga. Terdapat berderet kursi besar yang kelihatan empuk dan nyaman. Sebagian telah terisi. Kebanyakan turis seperti kami. Di sebelah saya ada seorang wanita berkulit kuning dan bermata sipit, asyik tertidur. Di sebelahnya ada seorang lelaki bermuka Timur Tengah. Di depan saya ada sepasang bule, yang wanita tampak menikmati pijatan sang terapis. Di ujung depan kanan ada dua orang bertampang India. Di bagian belakang ruangan, ada berderet tempat tidur yang hanya dibatasi tirai.

Kami berdua yang tadinya hanya mau memijatkan kaki akhirnya memilih pijat kaki, pundak, punggung serta kepala, selama sejam. Dari yang seharusnya membayar THB 300 kami jadinya membayar THB 400 per orang.  Segera terbayang spa langganan kami di Bali yang bertarif lebih murah dan bertempat lebih bagus. Di spa langganan itu biasanya saya dan suami pijat selama 2 jam + mandi air hangat dan kami hanya membayar 250 ribu saja untuk berdua. Reasonable kan?..Tapi ya sudahlah, daripada kaki dan badan pegal-pegal, pasti tidurpun nggak bakalan nyenyak. Dan lagi kami masih ada satu hari jalan-jalan  besok sebelum pulang ke Bali. Untungnya terapis wanita yang memijat saya cukup ahli. Terasa enak sekali kaki waktu dipijatnya. Saya sempat tertidur sebentar. Suami saya yang dipijat terapis pria malah sudah teridur dari tadi J..
Alhamdulillah badan terasa segar setelah dipijat. Yang paling mantab adalah kaki terasa sangat ringan, hampir tak berbekas sisa-sisa pegal tadi siang. Alhasil kami semangat lagi untuk jalan-jalan J..

Langsung tidooorr!

Deuuh nyaman bener...:D

Saya mengajak suami untuk ke foodcourt tempat kami makan tadi. Kali ini untuk makan dessert. Sisa kupon makan masih ada dan belum kami tukarkan tadi. Jadi kami pergi ke bagian dessert dan segera memesan yang paling menerbitkan liur di situ, yak..Ketan Durian!..Enak sih, tapi sayang duriannya terlalu matang jadi sudah terasa agak pahit. Tak berhenti di situ, kami memesan satu dessert lagi, Singkong Santan a la Thai..Yang ini juga enak, santannya tak terlalu manis. Harga dessert ini tak terlalu mahal, hanya berkisar THB 30 - 35 saja. Puas makan dessert kami segera beranjak menuju konter penukaran kupon makan untuk merefund kupon yang tak terpakai.
Ketan Durian!!
Singkong Santan a la Thailand

Tak terasa sudah hampir jam 8 malam. Saya bilang sama suami, “Yuk kita ke Asiatique, kan kemarin nggak jadi ke sana”.
Tadinya suami agak ragu sebab sudah hampir jam 8. Tapi saya bilang “Kan Asiatique buka dari jam 5 sore sampai midnight. Apalagi ini malam minggu, pasti rame dan mungkin tutup lebih lambat”.
“Shuttle boatnya sampai jam berapa?, tanya suami.
“Yang aku tahu sih jam 9 malam”, jawab saya.
“Terkejar nggak nanti, kan kita harus balik ke hotel karena harus mandi dan sholat dulu”, sahut suami.
“Kalau nggak kekejar kita naik taksi aja. Ga papa yah?..” rayu saya.
“Ya udah, ayo buruan pulang ke hotel”, kata suami.
Oh iya, sebenarnya di MBK tersedia loh mushola. Lokasinya di lantai 6, di ujung bangunan sebelah kiri, tak jauh dari spa tempat kami pijat tadi.

Akhirnya kami berjalan lebih cepat untuk pulang ke hotel karena harus mandi dan sholat dulu. Jam 8.40an kami sudah siap mendaki tangga menuju stasiun BTS National Stadium yang persis berada di depan hotel. Kami segera menuju peta jalur SkyTrain untuk mengetahui informasi kereta yang harus kami naiki dan berapa harga tiketnya. Menurut yang saya baca kami harus turus di BTS Saphan Taksin. Rupanya BTS Saphan Taksin satu jalur dengan BTS National Stadium, yaitu sama-sama di jalur Silom (BTS SkyTrain Silom Line), jadi kami tak perlu berganti kereta. Ongkosnya per orang THB 30 saja. Jadi setelah dapat tiket, kami segera menunggu kereta. Tak lama keretanya tiba, ramai dan penuh orang. Maklum ini kan malam minggu.
Nunggu Kereta

Tak sampai 15 menit kami telah tiba di BTS Saphan Taksin. Bersama puluhan orang lainnya berbondong-bondong menuju arah pintu keluar. Kami berjalan sambil mencari-cari tanda penunjuk jalan menuju dermaga Sathorn Pier tempat kami menunggu shuttle boat. Oh, itu dia..di papan penunjuk ditulis bahwa kami harus keluar melalui Exit 2 yang langsung menuju dermaga. Benar saja, setelah turun tangga di Exit 2 kami hanya tinggal menyusuri jalan di depan kami sampai tiba di dermaga. Ada beberapa orang saja yang sedang menunggu di sana, lalu tiba-tiba menjadi ramai ditambah kami dan orang-orang yang satu kereta bersama kami tadi. Saya melirik jam, sudah jam 9.05 malam. Masih banyak yang menunggu boat, berarti informasi yang saya baca di internet bahwa boat terakhir jam 9  malam adalah salah, sebab petugas di sana pun berkata bahwa boat akan tiba sebentar lagi dan kami diminta berbaris dengan rapi. Sepuluh menit kemudian shuttle boat merapat di dermaga, mengeluarkan penumpangnya lalu memasukkan kami.

Di dalam shuttle boat menuju Asiatique

Pemandangan di pinggir Sungai Chao Phraya

Oh iya, shuttle boat ini gratis loh. Bentuknya cukup panjang dengan kursi-kursi yang berderet. Di gang tengah kapal banyak penumpang yang berdiri sambil berpegangan pada pipa stainless yang terpasang di langit-langit kapal. Sang Nakhoda dan pembantunya sibuk mengatur penumpang dan setelah kapal penuh dan penumpang berada pada tempat seharusnya, sang nakhoda lalu menjalankan kapal membelah sungai Chao Phraya yang tampak pekat airnya. Kami melewati beberapa hotel terkenal yang terdapat di pinggir sungai juga beberapa restaurant serta bangunan tinggi lainnya. Beberapa river cruise dan river taxi juga terlihat sama-sama membelah sungai Chao Phraya. Setelah sepuluh menit dari kejauhan saya melihat di kejauhan lampu-lampu terang dan sebuah benda seperti roda besar yang berlampu putih terang. Sepertinya kami sebentar lagi tiba. Dan benar, lampu-lampu itu memang Asiatique. Semakin kapal mendekat, semakin terlihat tulisan berlampu “ASIATIQUE The Riverfront” di atas bangunan persis di tengah-tengah kompleks. Lalu kapal merapat di dermaga dan kami para penumpang bergantian turun.
Asiatique terlihat dari  shuttle boat

River Cruise

Lalu mulailah kami menelusuri tempat ini. Menurut selebaran yang saya baca, Asiatique terdiri dari 4 distrik, Charoenkrung Distict, Town Square District, Factory District dan Waterfront District. Kompleks yang cukup besar.
Kami mulai masuk ke bagian dalamnya melalu jalan masuk yang paling dekat dengan dermaga tempat kami turun tadi. Wah, ramai sekali ternyata di dalam. Banyak orang lalu lalang. Di kanan kiri banyak terdapat toko-to kecil juga beberapa restoran. Eh ada gerai Es Krim khas Turki yang banyak dirubung orang karena sang pembuat es sedang atraksi menyajikan es krim dengan tongkat panjangnya. Di sebelahnya ada gerai kebab bertulisan halal.

Japanese Resto di Asiatique

Turkish Ice Cream Maker

One side of Asiatique

Kami berjalan terus, sampai di ujung jalan kami berbelok ke kiri lalu ke kiri lagi menyusuri bagian lainnya. Entah di distrik mana kami. Di kiri kami banyak sekali restoran-restoran yang letaknya bersebelahan dan sangat ramai pengunjungnya.
Lalu sampai pada tempat pertunjukan cabaret Calypso, tapi melewatinya saja tak terlalu tertarik untuk menonton. Melihat-lihat display pertunjukan 4D, menimbang-nimbang apa kami mau nonton apa tidak tapi akhirnya memutuskan tidak. Oia, tiketnya THB 100 untuk orang dewasa untuk film kurang lebih 20 menit kalau saya tak salah ingat. Lalu ada menara jam di dekat sana, kami memfotonya dan juga berfoto di sana. Kami berjalan lagi berputar-putar, masuk gang kecil yang kiri kanannya banyak butik-butik kecil. Lalu melihat sebuah bangku panjang yang kosong dan langsung duduk karena kaki mulai terasa pegal lagi karena berjalan terus dari tadi. Tak sampai 10 menit kami bangun lagi dan berjalan lagi.
Bioskop kecil Y Max 4D

Clock Tower

Tadi dari tempat kami duduk terlihat roda besar bercahaya yang kami lihat dari kapal, jadi kami memutuskan untuk ke sana. Begitu terlihat, kami langsung berfoto-foto. Saya kemudian menuju loket untuk bertanya berapa harga tiket untuk naik roda besar yang berputar ini. Kata petugas wanita dalam loket harga tiketnya THB 200. Saya langsung bilang pada suami, “Naik yuk..” Suami saya langsung mengiyakan.
Jadilah kami beli tiket dan langsung mengantri di salah satu jalur di sana. Lima belas menit kemudian, petugas yang berjaga meminta tiket kami dan meminta kami segera naik pada salah satu kompartemennya. Naik bersama kami dalam satu gerbong adalah sepasang suami istri dengan dua anak yang masih berumur di bawah 10 tahun. Satu gerbong maksimum terisi 8 orang, jadi kompartemen kami ini sangat lega terasa sebab hanya terisi oleh 4 manusia besar dan 2 manusia kecil J..
Ngantri naik Big Wheel

Big Wheel & Me

Nunggu giliran..

Di dalam kompartemen Big Wheel

Di dalam kompartemen Big Wheel

Sebenarnya saya ini takut ketinggian. Tetapi walau takut saya selalu berusaha untuk mengalahkannya. Dan walau sok berani, tapi saat kompartemen kami sudah berada di atas, saya takut juga ketika suami saya meminta saya bergeser sedikit supaya kami bisa berfoto berdua hehehe…Melihat ke bawah serem juga, mobil-mobil jadi semakin kecil, manusia hanya berupa titik kecil yang bergerak saja. Saya bilang pada suami untuk duduk tak terlalu mepet ke pinggir dan dia hanya tertawa. Sesekali saya kaget karena 2 manusia kecil di sebelah saya sering mondar-mandir bergantian menghampiri ayah ibunya yang duduk berhadapan, kadang dengan gerakan mendadak yang membuat hati mendesir. Hahaha….dasar penakut!

Alhamdulillah, setelah berputar 3 kali, kami selamat sampai di bawah lagi dan akhirnya keluar dari kompartemen kecil itu. Kami segera berjalan lagi melewati sebuah bangunan tua yang gelap  dan terlihat rusak di sana-sini. Rupanya bangunan ini menunggu giliran untuk direnovasi. Memang kompleks ini dulunya adalah kompleks pelabuhan perdagangan tertua di Thailand. Jadi memang banyak bangunan tuanya yang direnovasi lagi untuk dijadikan pertokoan, restoran dan lain-lain.
Tadinya kami ingin berfoto di tulisan Asiatique berlampu yang terletak di pinggir sungai tapi terlalu malas untuk mengantri sebab terlalu banyak orang yang juga ingin berfoto di sana. Jadilah kami melewatinya saja. 
Berfoto bersama kuli pelabuhan jaman dulu :)


Ini sebenernya sedang antri trus berfoto pas di depannya tulisan Asiatiue itu

Dan tak terasa sudah hampir jam 11 malam. Jadi kami memutuskan untuk pulang. Kalau sudah tak ada shuttle boat lagi kami berencana untuk naik taksi. Tiba-tiba persis di tengah-tengah kompleks Asiatique itu suami saya berhenti, di sekitar kami banyak orang-orang berdiri, ada juga yang berfoto-foto.
Saya yang bingung bertanya, “kita kok berhenti di sini memangnya mau ngapain?”
“ini kita ngantri naik boat lagi, liat tuh antriannya..” kata suami.
MasyaAllah, ternyata yang tadinya saya pikir orang-orang berhenti untuk berfoto-foto dan mengobrol rupanya mereka juga sedang mengantri untuk naik shuttle boat. Saking panjangnya antriannya, makanya saya nggak sadar bahwa ini adalah deretan orang-orang yang mengantri. Bayangkan saja, antriannya dari dermaga ke tengah-tengah kompleks Asiatique, mungkin ada sekitar 50 meteran. Tapi kami berhasil menaiki boat yang pertama datang sejak kami mengantri. Alhamdulillah tak menunggu lama. Diperjalanan pulang ini saya baru melihat ternyata sungai ini banyak sampahnya juga. Selain daun-daun, banyak botol plastik dan plastik pembungkus lainnya yang mengapung di atas sungai. Sayang sekali ya. Kebayang kalau kami naik river taxi pada siang hari pasti jorok sekali pemandangannya.

Di dalam kereta pulang baru kami merasa lapar. Tadi memang di Asiatique kami tidak mampir untuk makan sebab kami kan baru makan sekitar jam 6 sore dan setelah itu masih makan dessert yang mengenyangkan. Jadi saat tiba di dekat hotel kami memutuskan untuk mampir dulu ke 7Eleven. Kami segera saja memilih makanan kemasan yang banyak tersedia di sana. Nantinya tinggal meminta kasir memanaskannya dengan microwave saja. Kami memilih beberapa makanan sekaligus dan yang berlogo halal tentu saja. Lumayan variatif kok makanan, kami membeli Nasi dengan Ayam Bulgogi, Sup Pangsit Ayam, Spaghetti Bolognese, sepotong Pizza serta dua botol besar air mineral. Semua makanan ini rasanya lumayan enak loh.  Harganya juga sangat terjangkau, berkisar antara THB 33 sampai THB 39.
Alhamdulillah kami tak tidur dengan perut lapar hehehe…lalu dessertnya? Jambu air Bangkok yang kami beli di JJ Market tadi siang, segeeeerr!

Chicken Bulgogi with Rice

Chicken Dumpling Soup

Spaghetti Bolognese

Pizza!


Saatnya istirahat. Duh, kaki terasa pegal lagi rupanya. Jadi kami mengubah posisi kepala lalu menaikkan kaki ke headboard tempat tidur. Lumayan membuat aliran darah di kaki menjadi lancar lagi setelah menaikkan kaki selama kurang lebih 15 menit.

Tepar!

Pegel cuuyyy!

PeWe :D


Selamat tidur.
Good Night…

~to be continued to Part 3~