Awalnya saya, Lili, Metta dan Masri bertemu pada November setahun lalu atas undangan Lili untuk menghadiri pernikahan adik bungsunya di Surabaya. Selama 3 hari di Surabaya, walaupun kami sangat menikmatinya tapi rasanya tak cukup waktu untuk bertukar cerita atau sekedar tertawa-tawa. Jadilah sepulang dari Surabaya itu kami memiliki ide untuk pergi liburan bersama.
Ternyata merencanakan liburan bersama itu tak mudah. Menentukan tujuan saja bisa kami bahas berhari-hari di bbm group kami. Apalagi menentukan waktunya. Saya dan Metta yang sama-sama ibu rumah tangga harus menyesuaikan dengan jadwal kegiatan kerja suami-suami kami. Lili yang seorang pengusaha juga harus melihat jadwalnya yang agak longgar. Belum lagi melihat jadwal ujian anak-anak mereka. Ribet deh pokoknya. Kami membahasnya tak bosan-bosan di group bbm kami, selama berbulan-bulan..:D
Akhirnya kami (Saya, Lili dan
Metta saja yang berangkat, sedangkan Masri tak bisa ikut karena kesibukan
pekerjaannya) sepakat dengan waktu dan tujuannya. Kami akan bertemu di KL,
Malaysia pada 25 April. Menginap selama 2 malam di KL, tanggal 27 naik bus ke
Melaka dan menginap semalam di sana, keesokan harinya naik bus dari Melaka ke
Singapura menginap 2 malam di sana, dan kembali ke kota masing-masing pada
tanggal 30 April.
Pembahasan belum berakhir sampai di situ saja. Kami juga harus membahas jadwal kedatangan kami paling tidak jamnya berdekatan satu dengan yang lain. Belum lagi menentukan hotel untuk menginap dan akan kemana saja kami selama di sana.Mulailah kami browsing hotel dan tempat-tempat yang pantas dikunjungi. Kami sepakat bahwa sayalah yang akan melakukan pemesanan kamar hotel. Tapi pada akhirnya, saya membatalkan pemesanan hotel yang di Singapura karena kami akan menginap di apartemen kakak sepupu Metta yang sedang kosong ditinggal sang empunya ke Indonesia. Asyik..mengurangi budget :D
Mengenai tempat-tempat yang akan
kami kunjungi, kami akhirnya sepakat untuk pergi ke mana nantinya kami ingin
pergi saja tak terikat oleh jadwal tertentu.
Tibalah pada hari keberangkatan. Seperti biasa kami berkomunikasi melalui bbm. Sepagian kami tak bisa menghubungi Lili. Dialah yang pertama akan tiba di KL dan dia akan duluan check in di hotel karena terlalu lama baginya untuk menunggu saya yang datang dengan flight 3 jam setelahnya. Cerita punya cerita, rupanya hari itu Lili hampir saja tak jadi berangkat karena urusan pekerjaan, untungnya akhirnya masalah teratasi jadi ia akhirnya bisa berangkat. Metta tiba kurang lebih sejam setelah saya, jadi saya menunggunya di LCCT untuk kemudian sama-sama naik shuttle bus ke hotel. Oh iya, di KL kami menginap di Hotel Bintang Warisan di jalan Bukit Bintang. Hotel tua yang masih lumayan bagus kondisinya ini berada di jalan utama kawasan Bukit Bintang. Kami memesan kamar untuk 3 orang, dengan sebuah double bed dan single bed dalam kamar dengan harga yang terjangkau.
Petronas Twin Towers dari kejauhan |
Metta & Lili di Stasiun Bukit Bintang |
Di dalam monorail narsis bertiga :D |
Jalan kaki menuju ke Twin Towers |
Menu makan siang kami |
Keesokan paginya kami sarapan di hotel. Setelah itu kami berniat jalan-jalan ke Petronas Twin Towers. Jadilah kami ke stasiun monorail tak jauh dari hotel. Rupanya stasiun monorail tempat kami turun tak bisa dibilang dekat dengan menara Petronas. Akhirnya kami jalan kaki selama kurang lebih 15 menit di cuaca yang cukup panas. Untungnya sepanjang jalan ada banyak pepohonan yang cukup rindang. Sesampai di sana padahal kami malah hanya jalan-jalan di Mall Suria KLCC Sdn Bhd, mall yang integrated dengan Twin Towers, soalnya terlalu terik untuk berfoto-foto di siang itu. Metta sibuk mengantri di salah satu gerai penyedia jasa seluler untuk membeli paket bb. Saya dan Lili sekedar iseng jalan-jalan keliling mall. Setelah urusan Metta selesai kami kemudian makan siang di foodcourt mall dan segera turun kembali, mampir sebentar ke sebuah kedai coklat membeli beberapa jenis kue kering coklat untuk kami makan sambil jalan.
Pabrik Coklat |
Berpose di depan beraneka macam coklat |
Mari belanja...ini enak loh..:) |
Di depan mall kami mengantri taksi, rencananya kami hendak pergi ke sebuah pabrik coklat lokal. Menurut Metta rasa coklatnya lumayan. Beberapa bulan sebelumnya ia dioleh-olehi anak sulungnya sepulang dari study tour ke Malaysia yang sempat mampir ke pabrik coklat ini. Jaraknya tak terlalu jauh pula. Sesampai di sana parkiran pabrik coklat ini dipenuhi mobil dan bus turis. Benar saja, saat kami masuk kami jadi sedikit berdesak-desakan dengan pengunjung lainnya. Bangunan tua yang disulap jadi toko yang menjual produk coklat itu tak terlalu besar. Namun coklat yang dijual beraneka macam dan bentuk. Dari coklat bubuk, coklat berisi kacang-kacangan dan berbagai macam buah yang dikemas cantik dan menarik. Kami segera sibuk memilih-milih coklat. Saya memilih membeli dark coklat yang dikemas dalam kaleng yang unik, sekotak coklat rasa cabe dan sekotak coklat berisi mangga oleh-oleh untuk suami saya yang penggemar coklat. Setelah membayar di kasir kami segera berlalu dari sana.
Pada supir taksi keturunan India itu saya yang duduk di depan mengatakan kemana tujuan kami. Menurut brosur yang kami baca jaraknya tak terlalu jauh dari sana. Kalau naik taksi kurang lebih RM 10 saja. Tapi karena tak kunjung sampai juga, kami mulai kasak-kusuk. Notifikasi bbm saya tiba-tiba berbunyi, rupanya Lili bbm saya, “kayaknya kita diputer-puterin”. Saya langsung menoleh ke belakang, kami bertiga hanya saling berpandangan dengan hati kesal. Lalu tiba-tiba kepala saya pusing, perut rasanya mual ingin muntah, tengkuk saya rasanya berat. Saya bilang pada dua sahabat saya itu bahwa saya pusing dan mual dan sepertinya harus mengendurkan lilitan jilbab saya supaya tak terlalu kencang. Oh iya, FYI saya memang baru memakai jilbab sejak Januari lalu, jadi maklumlah masih gagap memakainya. Tadi pagi di hotel, Metta dan Lililah yang membantu saya memakai jilbab. Metta meminta saya untuk mengikat rambut agak tinggi supaya terlihat bagus. Rupanya karena tak terbiasa mengikat rambut dengan kencang dan tinggi begitu, ditambah lilitan kerudung yang cukup kencang membuat saya menjadi mual dan pusing. Tapi dasar kami, kami jadikan insiden diputar-putar supir taksi, jilbab yang yang membuat saya pusing dan mual serta hari yang panas menjadi bahan candaan. Alhasil kami menghibur diri dengan menertawakan kesialan kami hari ini (Setelah kami pulang ke Indonesia kami menyebut insiden ini ‘tragedi jilbab’ hahaha…).
Sesampai di Central Market kami akhirnya membayar taksi itu lebih dari RM 30, menyebalkan! Sudah gitu, Central Market yang menjual berbagai macam kerajinan dan barang antic tak terlalu membuat kami terhibur karena tak terlalu menarik. Karena saya masih merasa pusing dan mual, kami naik ke lantai dua untuk minum teh panas dan duduk sejenak. Setelah itu kembali turun ke lantai dasar untuk melihat-lihat sekeliling pasar. Metta dan Lili sibuk memilih- milih dan membeli magnet kulkas untuk oleh-oleh. Magnet kulkasnya lucu-lucu, banyak ragamnya dan tentunya murah meriah, kalau tidak salah ingat dengan RM 10 dapat 6 buah magnet . Saya sendiri tak berniat membeli apa-apa tapi akhirnya tertarik membeli sebuah rok yang lucu. Hanya sekitar sejaman kami di Central Market, setelah berfoto di pintu masuknya kami segera mencegat taksi untuk pulang ke hotel.
Setelah beristirahat sejenak, kami yang tadi tak jadi foto-foto di Twin Towers berencana untuk balik lagi ke sana sore ini saat matahari lebih bersahabat. Dari depan hotel kami mencegat taksi untuk menuju ke sana. Lalu lintas sore yang lebih padat membuat perjalanan kami lebih lama. Saat taksi melewati depan Twin Towers, lalu lintas yang padat membuat taksi berjalan pelan dan saya jadi punya banyak kesempatan mengambil beberapa foto Twin Towers dari dalam taksi. Tentunya sambil tak lupa mengambil foto dua sahabat saya yang sedang duduk manis di bagian belakang taksi J
Petronas Twin Towers diambil dari dalam taksi |
Senyum dulu dooong... |
Setelah sampai kami segera menuju ke bagian belakang tempat biasanya pengunjung berpose dengan Twin Towers sebagai latar belakang. Mulailah kami sibuk berpose. Langit lumayan mendung dan sebentar lagi gelap. Kami kemudian meminta tolong seorang pengunjung lokal yang sedang jalan-jalan di sana untuk mengambil foto kami bertiga. Tak terlalu tertarik untuk naik ke menaranya tapi sah sudah ke Malaysia kalau sudah berfoto di depan Twin Towers J..
Bertiga mejeng di depan Twin Towers |
Langit cepat sekali gelap karena mendung, kami segera masuk lagi ke dalam mall. Masih terlalu awal untuk makan malam. Jadi saya mengajak Metta dan Lili untuk menemani saya ke sebuah toko buku di lantai 4 mall itu untuk membeli buku memasak seorang Chef fenomenal oleh-oleh untuk suami saya. Tadi siang sebenarnya kami sempat mampir ke sini tapi saya belum bisa memutuskan hendak membeli buku apa sebab ada beberapa pilihan judul yang menarik. Akhirnya saya membiarkan suami saya yang memilih buku apa yang lebih disukainya. Dan malam ini saya hanya tinggal mengambilnya dari rak display lalu mengantri di kasir untuk membayarnya saja.
Beres urusan di toko buku, perut sudah mulai keroncongan, kami segera menuju foodcourt yang tadi siang kami datangi. Siang tadi kami lebih memilih untuk menikmati masakan lokal, malam ini kami putuskan untuk menikmati masakan Jepang. Seperti siang tadi foodcourt ini ramai pengunjung yang hendak makan malam. Tapi walau rame kami tak kesulitan mendapat meja. Selesai makan kami langsung balik ke hotel untuk istirahat. Kami harus mulai packing lagi sebab besok kami sudah harus meninggalkan KL untuk berangkat ke Melaka.
Breakfast di hotel |
Hari terakhir di KL. Kami sarapan pagi di hotel seperti biasa. Selesai sarapan kami segera meninggalkan hotel dengan berjalan kaki. Tujuan kami berjalan-jalan di pusat perbelanjaan di dekat-dekat hotel saja. Lili ingin membeli tas koper kecil yang bisa dibawa ke cabin. Metta ingin menukar uang di money changer. Saya berencana ingin membeli sunglasses. Sunglasses saya terjatuh tanpa sadar saat saya sibuk mengurusi bagasi di bandara Ngurah Rai waktu berangkat tempo hari. Sudah berusaha menelusuri jejak sejak awal datang di ruang check in bandara serta bertanya pada petugas tapi saya tetap tak menemukannya. Nasib!
Enaknya menginap di kawasan ini
adalah karena daerah ini merupakan salah satu pusat belanja terkenal di KL.
Berderet-deret toko dan mall ada di sepanjang jalan ini. Juga restoran, mini
market serta tempat pijat pelepas penat sehabis jalan banyak terdapat di sana.
Pusat pertokoan yang paling dekat hotellah yang pertama kami datangi. Karena baru pukul 9 pagi, masih banyak toko yang tutup. Tapi kami masih tetap masuk ke dalam untuk melihat-lihat. Setelah keliling di beberapa toko tas akhirnya Lili menemukan koper yang disukainya. Juga sebuah sandal berwarna hijau, warna favoritnya. Setelah menukar uang di money changer depan pertokoan itu, kami segera berjalan menuju deretan pertokoan di dekat-dekat situ. Berhenti di beberapa toko melihat-lihat barang-barang khas perempuan kami membeli beberapa pernak-pernik yang menarik untuk kami masing-masing. Saya mendapat sunglasses yang saya inginkan, saya dan Metta juga membeli jam tangan lucu di salah satu toko. Metta juga mendapat wedges yang disukainya sebagai pengganti wedgesnya yang rusak. Di salah satu mall tempat kami belanja, dengan menunjukkan paspor kami bisa mendapat potongan harga khusus. Lumayanlah J. Perjalanan kembali ke hotel, kami masih mampir di sebuah toko pakaian sebab Lili ingin membeli T-Shirt bertuliskan I Love KL atau I love MY untuk oleh-oleh bagi suami tercintanya.
Si ayam Hainan |
Hari itu kami kembali makan siang di restoran Nasi Hainan halal dekat hotel. Nasi Hainannya lumayan enak memang tapi yang juara jelas salad mangganya. Saya sampai berjanji dalam hati, jika kembali ke KL lagi dengan suami, saya akan mengajaknya mencicipi salad mangga di sini hehehe..
No comments:
Post a Comment