Dengan taksi kami berangkat ke
terminal bus antar kota Bandar Tasik Selatan. Jaraknya lumayan jauh, kurang
lebih 45 menit dari hotel. Supir taksi kami kali ini adalah seorang laki-laki
separuh baya keturunan Cina. Orangnya ramah. Dari dia kami tahu bahwa memang
benar ada oknum supir taksi yang suka memutar-mutarkan turis demi menambah
jumlah ringgit di penunjuk harga otomatis dalam taksi. Sampai suatu saat
sepasang turis penumpang taksi asal Eropa melaporkan supir taksi yang menipu
mereka dan direspon baik oleh kepolisian setempat. Dan supir itu akhirnya
tertangkap dan beritanya sempat masuk koran lokal. Lain kali kalau naik taksi
di KL musti bertanya-tanya dulu berapa jauh jaraknya, kira-kira berapa ongkos
taksinya, supaya tak tertipu lagi seperti kami kemarin.
Sesampai di Bandar Tasik Selatan kami
segera menuju loket-loket yang berjejer di lobi terminal. Tinggal membaca papan
petunjuk yang terdapat di loket-loket itu kami segera menemukan loket yang
menjual tiket ke Melaka. Saya
tak ingat berapa harga tiket dari KL ke Melaka, tapi seingat saya sih tidak
mahal. Setelah membeli tiket sang petugas memberi tahu kami untuk menunggu di
platform yang tercantum dalam tiket. Di terminal ini disediakan pula kereta
dorong seperti yang biasa ada di bandara jadi kami memuat barang-barang kami
yang segambreng itu ke atasnya dan segera mengikuti petunjuk untuk menuju
platform. Rupanya kami harus menggunakan lift untuk turun ke lantai bawah.
Sampai di bawah ada beberapa pintu dengan petunjuk nomor platform sehingga
calon penumpang bus seperti kami dengan mudah mencarinya. Sampai di sana kami
masih harus menunggu karena bus kami belum datang. Ruang tunggunya bersih,
sejuk ber-AC. Di pojok ruangan ada kios kecil penjual makanan ringan dan
minuman.
Menunggu bus di platform |
Berpose di bus menuju Melaka |
Lumayan lama kami menunggu hingga
akhirnya bus kami tiba. Setelah memuat barang dalam bagasi kami segera naik ke
dalam bus. Saya duduk berdua dengan Metta sedangkan Lili duduk sendirian di
deretan kursi di samping kami. Busnya tak terlalu jeleklah tapi
lumayanlah walau tak bisa dibilang bagus. Kalau di Indonesia seperti bus
antarkota pada umumnya. Tak banyak yang bisa dilihat sepanjang perjalanan
kurang lebih 2.5 jam Ke Melaka. Jadi kami menghabiskan waktu dengan mengobrol
dan tertawa-tawa saja. Sisanya kami tertidur dengan sukses hingga hampir tiba
di Melaka.
Ketiduran :D... |
Tiba di terminal bus antar kota Melaka
kami sungguh kerepotan dengan barang kami yang bejibun dan berat itu. Lili
akhirnya membeli sebuah kereta dorong yang bisa dilipat untuk memuat sebagian
barang-barang kami. Terheran-heran melihat bawaan kami yang banyak itu sampai
dikira kami ini adalah TKW yang hendak pulang kampung ke Indonesia. Kami ngakak
tak henti-henti menertawakannya.
Bagasi taksi yang terbuka karena kepenuhan :D |
Di dekat pintu keluar ada sebuah loket
tempat kami menyewa taksi yang akan membawa kami ke hotel. Setelah membayar
ongkos, sang supir taksi yang ditunjuk petugas loket segera menggiring kami
menuju parkiran. Lagi-lagi sang sopir terheran-heran mengapa barang kami begitu
banyak dan kami hanya menjawabnya dengan ketawa ngakak. Betul saja, walau
sebagian barang kami taruh di kursi depan taksi tetap saja
bagasi belakang taksi tak bisa ditutup karena kepenuhan hahaha..
Perjalanan ke hotel hanya memakan waktu
kurang lebih 15 menit. Sesampai di sana, kami segera menuju konter reception
untuk check in. Hotel tempat kami menginap ini, Best Western Wana Riverside Hotel, rupanya hotel yang belum
terlalu lama dibuka. Lobinya terlihat garing tanpa hiasan yang menarik hanya
terlihat beberapa sofa, namun resepsionisnya cukup efektif dan helpful.
Dari tempat kami berdiri di konter
reception di sebelah kiri kami terlihat Sungai Melaka. Sang resepsionis
menawarkan apa kami mau ikut tur menyusuri sungai. Kami putuskan untuk ikut tur
besok pagi saja. Ia lalu mendaftarkan kami untuk ikut cruise besok pukul 8
pagi. Tak mahal harga tiketnya, masing-masing kami hanya membayar RM 14 saja.
Setelah membayar dan mendapat kunci kamar hotel kami segera naik. Setelah
istirahat sejenak kami segera turun kembali untuk berjalan-jalan.
Kami langsung menuju ke bagian
belakang hotel. Hotel tempat kami menginap ini memang berada di pinggir Sungai
Melaka. Kami segera sibuk berfoto-foto di sana. Suasana sore itu sepi, hanya
beberapa orang saja yang terlihat saat
kami menyusuri jalan kecil di pinggiran sungai itu. Walau sepanjang jalan itu
terdapat berderet-deret rumah, hostel dan restoran, tapi kami jarang berpapasan
dengan orang lain. Untungnya ada cukup banyak tanda penunjuk jalan sehingga
kami tak terlalu bingung. Di beberapa tempat kami berhenti untuk foto-foto.
JJS di sepanjang sungai |
Mejeng di Sungai Melaka |
Kira-kira sekitar 20 menitan berjalan baru kami menemukan Stadhuys , landmark kota Melaka. Bangunan berwarna merah ini letaknya berdekatan dengan sebuah gereja. Saya tak jadi mengambil foto Stadhuys sebab banyak sekali pedagang-pedagang souvenir yang mangkal di depannya belum lagi bus-bus turis yang parkir di sana yang menutupi keindahan bangunan tua ini. Jadi kami hanya melewatinya, berbelok ke kanan persis di depannya, menyeberangi jembatan menuju ke Jongker Street, pusat keramaian di Melaka ini.
Di seberang jembatan ada sebuah kedai es cendol durian, persis di ujung jalan. Saya pernah membaca bahwa kalau sedang di sini harus mencicipi cendol durian yang terkenal enak. Kepanasan dan haus karena berjalan kaki dari hotel, kami memutuskan untuk mampir untuk melepas lelah sejenak. Kami segera masuk ke kedai es yang bernama Lao Qian itu untuk memesan es cendol duriannya. Tak hanya menjual es cendol, kedai ini juga menjual berbagai macam kue semacam nastar yang selain berisi selai nanas ada juga yang berisi kacang-kacangan, lotus dan lainnya. Harga es cendolnya RM 5.80, sedang kue-kuenya berkisar dari RM 1.30. Rasa es cendolnya enak, duriannya sangat terasa, porsinya pun cukup besar. Kuenya pun rasanya lumayan enak.
Langit sudah mulai gelap namun
cuaca sangat cerah. Selepas menikmati es cendol dan kue-kue, kami kemudian
berjalan-jalan di kawasan heritage ini. Sepanjang jalan berisi bangunan tua
yang masih terawat bagus. Untungnya kami datang pada hari Jum’at. Sebab menurut
informasi tempat ini hanya ramai di akhir pekan saja. Memang malam itu suasana
cukup ramai. Sepanjang Jongker Walk banyak pedagang souvenir yang menggelar
dagangannya di meja-meja yang diletakkan di pinggir jalan. Sepanjang jalan
terdapat banyak toko suvenir dan toko antik juga restoran-restoran. Kami mampir
di salah satu toko souvenir yang cukup besar. Beragam souvenir yang lucu-lucu
terdapat di sini dan harganyapun terjangkau. Di sebuah toko hampir di ujung
jalan kami baru membeli beberapa macam magnet kulkas untuk koleksi dan
oleh-oleh. Sesampai di ujung jalan, kami memutuskan untuk mencari restoran
untuk kami makan malam. Walau di kawasan ini banyak restoran tapi kami tak
menemukan restoran yang sreg di hati karena lebih banyak restoran Cina di sini
yang tentunya sangat diragukan kehalalannya.
Kami lalu memanggil sebuah taksi
yang parkir tak jauh dari ujung jalan itu dan meminta supir taksi itu untuk
membawa kami ke sebuah restoran makanan lokal dan yang penting halal. Sepanjang
jalan yang kami lewati bisa dibilang sepi dan gelap. Rupanya benar, pusat
keramaian Melaka ya kawasan Jongker tadi. Lalu sampailah kami di sebuah restoran
yang menurut supir taksi kami ini enak dan terkenal. Letaknya di kawasan
pertokoan yang sudah gelap karena banyak yang sudah tutup pada malam hari.
Restorannya cukup besar dengan meja-meja dan bangku-bangku yang banyak terdapat
di depan bangunan restoran. Restoran yang dikelola keluarga muslim keturunan
Cina ini, cukup ramai pengunjung malam itu. Kami lalu duduk di meja panjang dan
mulai melihat-lihat menu dan memutuskan untuk memesan nasi dengan sayuran dan
ikan kuah asam pedas. Selesai makan kami lalu menghubungi hotel untuk
mencarikan kami taksi. Cukup lama kami menunggu karena taksinya tak kunjung
tiba. Dalam perjalaan pulang ke hotel kami sempat mampir ke sebuah bank dan
mini market di kota Melaka yang ternyata juga tak terlalu ramai. Hmmm..kota yang
lengang ini membuat kami ingin hari ini segera berlalu supaya kami bisa segera
melanjutkan perjalanan kami ke Singapura.
Restoran tempat kami makan malam |
Ikan kuah asam pedas, menu makan malam kami |
Keesokan harinya sehabis sarapan
kami segera menuju dok kecil di belakang hotel untuk menunggu kapal kami yang
akan membawa kami menyusuri Sungai Melaka. Tak lama menunggu, kapal kami tiba.
Hanya ada beberapa orang selain kami di atas kapal. Rupanya kapal masih harus
menjemput beberapa penumpang lagi. Serombongan penumpang naik dari dok di Museum
Maritim, kapal jadi lumayan penuh. Kemudian sang nahkoda memutar kapal dan di
mulailah perjalanan kami. Perjalanan menyusuri sungai ini berlangsung kurang
lebih 45 menit. Melewati beberapa jembatan antik, bangunan tua yang cantik,
perkampungan penduduk, berderet-deret hostel dan café di pinggir sungai. Kami
juga melewati kampung tradisional dengan rumah-rumah unik bernama Kampung
Morton. Mungkin kalau kami mengikuti pelayaran malam hari, pemandangan tepi
sungai ini akan terlihat lebih menarik dengan cahaya lampu-lampu dari bangunan
di sana. Di dalam kapal diputar narasi dalam bahasa Inggris yang menceritakan
sejarah bangunan, jembatan atau tempat yang sedang dilewati kapal. Lumayan informatif.
Salah satu gedung tua di pinggir Sungai Melaka |
Deretan restoran, hostel di pinggiran Sungai Melaka |
Museum Maritim dari pinggiran Sungai Melaka |
Cafe, Restoran di pinggiran Sungai Melaka |
Grafiti di bangunan di pinggiran Sungai Melaka |
Kampung Morton |
Melaka River Cruise |
Sekitar jam 9.30 kami sudah tiba kembali di hotel. Kami segera naik ke kapal untuk packing. Semalam kami sudah memesan taksi untuk menjemput kami di hotel jam 11 untuk mengantar kami ke terminal bus. Sesampai di terminal, kami berusaha mencari bus yang akan segera berangkat. Rupanya kami telat, busnya baru saja berangkat 10 menit sebelum kami tiba di terminal. Akhirnya kami mencari bus lain yang akan membawa kami ke Singapura. Yang paling dekat jadwal keberangkatannya adalah jam 13.30, ya sudahlah walau harus menunggu 2 jam di terminal tak apalah. Kami bisa makan siang dulu di sana sambil menunggu. Walau tak sebagus dan sebersih Bandar Tasik Selatan tapi terminal ini lumayan kok. Kalau mau sambil menunggu bisa berjalan-jalan dan belanja oleh-oleh di pertokoan yang ada di dalamnya. Restoran cepat saji McDonald juga ada dan restoran ini pula yang jadi pilihan kami untuk makan siang hari itu.
And soon another road trip is about to begin… J
~Bersambung ke Part 3~
No comments:
Post a Comment