Bus kami tiba tepat waktu..tapi
ada tapinya, bus ini ternyata lebih jelek dari bus kami dari KL ke Melaka
kemarin! Kami cuma saling pandang sambil tersenyum kecut, mau apalagi, kami
sudah terlanjur membeli tiket hiks…nasib. Yang penting kami bisa segera tiba di
Singapura.
Seperti kemarin saya duduk
sebelahan dengan Metta, Lili di deretan bangku sebelah kami. Walau bus ini
masuk kategori jelek, tapi sebenarnya tak terlalu buruk. Masih dalam hitungan
bersih untuk bus jelek ukuran kita di Indonesia. Dan yang penting, AC-nya nyala
terus walau agak panas, penumpang tak berjubel dan tidak ada pedagang asongan
yang seliweran dan teriak-teriak menawarkan dagangan.
Dalam bus busuk otw ke Singapore :D |
Sepanjang perjalanan tak banyak
yang bisa dilihat, hanya perkampungan penduduk. Keluar dari Melaka, bus mulai
memasuki jalan bebas hambatan. Pemandangan paling sering adalah perkebunan
sawit dan karet, membosankan. Mana bus ini jalannya santai pula, ah well.. just
enjoy the ride.
Dalam bus kami sibuk menghubungi
keluarga kami masing-masing. Metta menelpon suami dan anak-anaknya untuk
menghabiskan pulsa sebab paket bb dari provider seluler Malaysia-nya tak akan
bisa digunakan di Singapura, pulsanya akan hangus percuma apabila tidak
dipakai. Saya sendiri tadinya memakai paket bb gratis 3 hari dari provider
seluler Indonesia yang saya pakai, dan hari ini sudah tidak bisa digunakan
lagi. Metta baik hati mengijinkan saya pakai handphonenya supaya saya bisa
mengabari dan mengobrol dengan suami saya. Saya bilang pada suami bahwa handphone
saya sementara tak bisa dihubungi tapi
saya berjanji segera setelah sampai di Singapura saya akan mengabarinya lagi. Saya
melirik Lili di samping, dia juga sedang sibuk dengan handphonenya dan tak
berapa lama kemudian memejamkan matanya. Saya dan Metta pun menyusul tertidur
tak lama kemudian.
Rupanya bus kami ini berhenti
untuk rehat setelah kurang lebih 1.5 jam jam perjalanan. Saya lupa di mana
berhentinya, sepertinya di daerah Batu Pahat, entahlah saya tak ingat. Bus
memasuki area parkir sebuah bangunan yang cukup luas. Hampir semua penumpang
kemudian turun, termasuk kami. Rupanya bangunan ini adalah sebuah bangunan yang
terdiri dari sebuah foodcourt dan sebuah supermarket. Kami berkeliling sebentar
melihat-lihat apa yang ditawarkan foodcourt ini. Karena tadi kami sudah makan
siang di terminal Melaka Central, kami hanya membeli minuman dan buah-buahan
untuk cemilan.
Kami juga melihat-lihat
supermarketnya. Walau barang kami sudah banyak, tak mengurangi niat kami untuk
belanja, maklum perempuan hehehe. Saya sendiri membeli 2 botol kecil yang
berisi biskuit biji labu dan biji matahari organik. Rasanya enak ternyata dan
sesampai di Indonesia menyesal sebab hanya membeli 2 botol saja J. Saya juga membeli
bumbu jadi untuk ikan kuah asam pedas seperti menu makan malam kami tadi malam
dan sebungkus bumbu kari a la Nonya. Bumbu ikan kuah asam pedasnya lumayan enak
sedang bumbu karinya masih utuh belum saya masak hehehe.
Kurang lebih 30 menit kami
istirahat di tempat itu lalu bus berangkat lagi melanjutkan perjalanan.
Kira-kira 1.5 jam kemudian kami tiba di Johor Bahru. Setelah berhenti di
terminal bus sebentar, bus melanjutkan perjalanan lagi menuju Johor Bahru –
Singapore immigration check point.
Karena mengira kami orang asli
Malaysia, pada saat membagikan kartu kedatangan dari immigrasi di dalam bus
sebelumnya sang supir bus tak membaginya pada kami bertiga. Kami sendiri tak
bertanya-tanya, malah saya membatin “oh mungkin hanya bagi warga Malaysia
saja”. Bodohnya! Saya lupa siapa yang akhirnya bertanya pada supir bus, sambil
mengomel ia lalu memberi kami 3 kartu. Kami cuma senyum kecut. Karena check
point sudah dekat kami terburu-buru mengisinya. Belum selesai mengisinya karena
susah menulis di dalam bus yang terguncang-guncang, bus telah parkir dengan
manisnya untuk menurunkan kami melewati pemeriksaan. Sang supir, lagi-lagi,
terheran-heran dengan bagasi kami yang banyak itu. Dengan tak berbelas kasihan
dia berkata bahwa kami hanya punya waktu 20 menit untuk melewati pemeriksaan
bea cukai dan imigrasi kemudian harus menyeret barang kami yang banyak serta
pantat kami yang tak kalah berat juga untuk menuju parkiran bus lalu naik.
Kalau tidak, tiada ampun kami akan ditinggal dan dipersilahkan naik bus kota
setelahnya. Arrghh…..menyebalkan! Dengan muka manyun dan jengkel namun tak
punya pilihan, kami berbagi beban bagasi dan berjalan setengah berlari untuk
menuju antrian pemeriksaan. Kami bahkan tak sempat menoleh kiri kanan karena
sibuk dengan bagasi yang berat serta kepikiran bahwa kami masih belum selesai
mengisi kartu kedatangan. Jadi kami bagai beo membuntuti orang yang berjalan di
depan kami saja. Mana jalannya lumayan jauh pula..hadeh..nasib..nasib!
Akhirnya sampailah kami pada
loket antrian, melewati imigrasi Malaysia tak ada masalah sama sekali, sangat
cepat prosesnya. Pada saat mengantri untuk masuk Singapura, sambil repot
menyeret bagasi, kami juga sibuk mengisi kartu kedatangan sambil bergantian
meminjam bolpen. Lalu tiba bagian mengisi alamat menginap kami selama di
Singapura, saya dan Lili segera menoleh dan bertanya pada Metta. Agak panik,
Metta bilang bahwa alamat apartemen kakak sepupunya tempat kami menginap nanti,
ada di dalam bb-nya yang mati kehabisan baterai. Wah..makin panik saja kami. Untung
saya ingat kalau saya membawa baterai portabel untuk situasi darurat. Segera
saya serahkan ke Metta supaya ia dapat menyalakan bb-nya. Lili yang mengantri
di line sebelah kami rupanya sudah berada di depan petugas, dan tentunya sang
petugas menanyakan alamat itu. Begitu bb-nya menyala, Metta yang masih
tergopoh-gopoh menulis sebab gilirannya sudah hampir tiba segera mendiktenya
pada kami berdua yang cepat-cepat menulisnya di kartu. Kebayangkan tulisan saya
pastinya seperti cakar ayam karena menulis sangat cepat. Apalagi saya mengantri
di belakang Metta. Untungnya sang petugas itu tak bertanya macam-macam dan kami
cepat melewati pemeriksaan. Tapi perjuangan belum berakhir. Kami masih harus
menyeret barang-barang kami lagi dengan setengah berlari untuk menuju parkiran
bus dan naik dalam bus sebelum 20 menit berlalu. Lagi-lagi jalannya jauh, musti
turun satu lantai pula. Setelah sampai bawah, kami ternyata turun di sisi yang
salah dan harus memutar lagi kemudian menyeberang di antara seliweran bus-bus
lain untuk menuju ke bus kami. Fiuh…Alhamdulillah kami tak ditinggal, bus kami
masih parkir di sana. Terengah-engah dan keringatan, kami segera memasukkan
barang kembali ke bagasi. Sang supir taksi di luar dugaan sekarang tersenyum
lebar pada kami, padahal tadi ngomel-ngomel, mungkin karena kami tak terlambat.
Lalu kami meminta ijin padanya untuk ke toilet sebentar. Dia kemudian menunjuk
di mana toilet berada dan meminta kami untuk cepat. Lega rasanya…Baru deh kami
bisa menertawakan kesialan dan kebodohan kami tadi sambari mengutuk supir
bus..hahaha..
Memasuki Singapura perjuangan
tetap belum berakhir juga ternyata, di Woodlands lalu lintas padat merayap sore
itu. Bus berjalan sangat pelan. Sebagian warga Singapura mungkin ada yang baru
pulang kerja, sebagian yang lain hendak menghabiskan malam minggu padahal waktu
baru menunjukkan sekitar pukul 5-an. Kurang lebih 45 menitan baru kami tiba di
tempat pemberhentian kami di depan sebuah mall kecil (saya lupa tepatnya di
mana). Lalu segera mencegat taksi untuk menuju ke apartemen kakak sepupu Metta.
Sekitar jam 6.30-an kami tiba di sana.
Sampai di sana, merasa gerah saya
kemudian segera mandi. Kedua sahabat saya itu sepakat untuk mandi setelah kami
pulang jalan nanti. Jam 7-an kami siap jalan lagi. Kami berjalan kaki ke
stasiun MRT Lorong Chuan yang tak jauh dari situ. Tujuan kami malam ini adalah
ke Mustafa Center. Kami turun di stasiun Farrer Park lalu berjalan kaki ke
sana. Sebelum ke Mustafa Center kami yang mulai kelaparan berhenti untuk makan
dulu di sebuah restoran masakan India yang terkenal dengan nasi briyaninya yang
enak. Maaf saya lupa namanya. Lili bilang, setiap kali ke Singapura dan mampir
ke Mustafa Center bersama keluarganya, mereka tak pernah melewatkan makan nasi
briyani di sini. Lokasinya sangat dekat dengan Mustafa, persis di pojokan jalan
sebelum berbelok menuju Mustafa. Sayangnya lagi, saya tak sempat mengambil foto
makanannya. Porsi nasi briyaninya lumayan besar, jadi kami hanya pesan dua
porsi untuk dimakan bertiga. Kami memesan nasi briyani dengan lauk ayam dan
tambahan ikan yang rasanya enak. Selesai makan kami segera berjalan kaki menuju
Mustafa Center.
Sampai sana kami segera berpisah
dan janjian untuk bertemu di pintu depan sekitar jam 10. Lili segera menghilang
untuk membeli kosmetik yang diperlukannya sedang saya dan Metta menuju deretan
rak-rak parfum. Saya segera mencari parfum buatan Jerman favorite saya yang
susah saya dapatkan di Bali, untuk oleh-oleh buat suami. Sejak dulu saya memang
lebih menyukai parfum yang maskulin.
Setelah itu, saya dan Metta naik
ke lantai dua ke bagian makanan. Mustafa malam itu penuh sesak oleh pengunjung.
Jarak antara rak yang berdekatan membuat agak susah bergerak apabila berpapasan
dengan pengunjung lain yang juga menenteng keranjang belanjaan. Saya dan Metta membeli
beberapa bungkus coklat untuk dibawa pulang, lagi :P. Padahal kemarin kan di
Malaysia kami juga membeli coklat. Metta malah curiga sebagian dari
coklat-coklat itu meleleh akibat kepanasan sepanjang perjalanan kami hahaha.
Lalu kami turun ke bagian
elektronik untuk mencari pesanan suami yang minta dibelikan speaker dock untuk
Iphone-nya. Tapi setelah melihat-lihat tak ada yang sreg di hati. Jadi kami
kembali ke atas sebab jam sudah menunjukkan hampir pukul 10 malam. Karena buka
24 jam, pengunjung bukannya makin berkurang, malah makin malam makin rame. Kami
lalu membayar belanjaan dan kemudian menunggu Lili selesai belanja. Saya baru
ingat bahwa saya lupa menghidupkan bb saya yang kehabisan baterai dan tak
sempat mengisi baterainya tadi di apartemen. Dengan baterai portabel dan sisa
pulsa yang seadanya saya sms suami. Saya memang sengaja tidak membeli nomor
dari provider seluler di Singapura karena menurut saya rugi juga menghabiskan
belasan SGD padahal saya hanya 2 hari di sini.
Saya bilang pada suami bahwa saya sudah berada di Singapura dari jam
7-an tadi, pulsa saya terbatas bla..bla..bla. Tak berapa lama suami saya
telepon dan langsung ngomel-ngomel. Dia marah saking kuatirnya tak mendengar
kabar dari saya sejak siang tadi. Apalagi tadi siang saya sempat cerita bahwa
kami naik bus busuk, tambah kawatirlah ia. Tak habis-habisnya ia mengomel dan
saya sibuk berulang kali minta maaf padanya hahaha…maaf ya darling..it’s so
sweet of you to worry about me :p.. Kata Lili dan Metta sambil ketawa, ‘Makanya
datang-datang bukannya nelpon suami malah sibuk mandi. Disuruh beli kartu
telpon ga mau, maunya menghemat tapi diomelin jadinya’ hahaha…
Clarke Quay di malam hari |
Keesokan harinya kami memutuskan
untuk pergi ke Sentosa Island. Tiba di stasiun Harbour Front kami tak langsung
menuju Sentosa. Karena tak sempat sarapan pagi kami mampir di foudcourt yang
ada di mall Vivo City. Kali ini saya memilih untuk menikmati semangkuk Yong Tau
Fu yang menghangatkan perut. Kelar sarapan kesiangan kami segera beranjak
pergi.
Yong Tau Fu my fave :) |
Kami naik Sentosa Express dari lantai paling atas mall. Tujuan kami ke Universal Studio Singapore (USS). Tapi kami tak sampai masuk ke dalam untuk melihat atraksi yang ada di dalam USS sih, hanya berfoto-foto di luarnya saja. Setelah puas berfoto, kami mampir di toko suvenirnya untuk membeli oleh-oleh bagi orang-orang tersayang kami. Setelah itu kami mampir ke toko coklat Hershey’s..berfoto-foto di depan toko..dan tentunya membeli coklat lagi :P… Lelah dan kepanasan, kami mampir untuk minum es kopi di salah satu coffeeshop di sana.
The 3 of us di USS |
Metta di USS |
Lili di USS |
Di depan toko coklat Hershey's di USS |
Dari Sentosa kami melanjutkan jalan-jalan ke Bugis Junction. Saya masih harus membeli pesanan suami yang tak saya temukan kemarin di Mustafa Center. Di gerai salah satu merek elektronik ternama akhirnya saya mendapatkan speaker dock yang sesuai dengan keinginan suami. Kami berhenti untuk menikmati es krim di sebuah kedai es krim di sana setelahnya bukan karena ingin makan es krim tapi supaya bisa duduk saja karena kaki kami sudah kelelahan berjalan. Sebenarnya dari kami bertiga, Mettalah yang paling hebat bertahan memakai sandal berhak cukup tinggi sejak hari pertama hingga hari ini tanpa mengeluh seperti saya dan Lili. Saya apalagi, sejak tak bekerja di lingkungan yang formal, jarang sekali memakai sepatu berhak tinggi, namun hari ini saya memakai wedges yang cukup tinggi dan sangat tersiksa karenanya. Lili yang memakai sandal hijau yang dibelinya waktu di KL tak kalah tersiksanya sebab sandal yang lumayan tinggi itu selain membuat capek juga membuat lecet. Perempuan memang ya, supaya kelihatan oke mau aja menderita hahaha..
Kami berkeliling melihat berbagai
barang yang ditawarkan di sana. Kami berhenti untuk melihat-lihat produk
kosmetik yang sedang sale saat itu. Lili membeli beberapa macam kosmetik
keperluannya di sana. Lalu kami
berpindah ke mall di sebelahnya. Lili masih belum mendapatkan oleh-oleh pesanan
anak-anaknya. Kami berkeliling untuk mencari sepatu olahraga pesanan anaknya
tapi tak kunjung menemukan yang cocok. Untuk anak perempuan satu-satunya, Lili
membelikan berbagai pernik Hello Kitty yang girly dan lucu-lucu yang kami
temukan di salah satu sudut mall itu. Selesai belanja kami segera turun ke
lantai basement untuk makan siang di foodcourt yang ada di situ.
Sambil makan kami membahas akan
kemana kami menghabiskan sisa hari ini. Karena Lili belum mendapatkan sepatu
olahraga pesanan anaknya, Metta menyarankan untuk mencarinya di kawasan Orchard
Road. Akhirnya dengan menggunakan taksi, kami pergi ke Orchard Road dan memilih
untuk berhrnti di Takashimaya. Mulailah kami berkeliling mencari toko sepatu
olahraga. Metta ingat pernah membeli sepatu untuk anaknya di sini, tapi tak
yakin letak tokonya. Walaupun sudah bertanya pada beberapa orang termasuk
pegawai mall, kami tak menemukannya juga. Maklumlah mall ini memang lumayan
besar. Karena capek, di sebuah lantai yang salah satu sudutnya terdapat air mancur,
kami duduk di pinggirnya sambil melemaskan otot kaki yang kaku saking pegalnya
berjalan, sambil menikmati dorayaki yang masih hangat. Setelah merasa cukup
istirahat, kami jalan lagi melanjutkan pencarian. Rupanya kaki kami memang tak
bisa di ajak kompromi jadi kami lagi-lagi kami berhenti untuk duduk, kali ini
di bangku beton yang banyak terdapat di sepanjang Orchard Road. Betul-betul
menderita berjalan dengan kaki yang cenut-cenut belum lagi sambil menenteng
barang belanjaan. Tapi seperti biasa kami malah menertawakan ‘kelakuan’ kami
ini. Sedikit menghibur walau tak mengurangi rasa cenut-cenut di kaki.
‘Perjalanan’ kami belum selesai
loh, masih nekad jalan kaki ke sebuah toko yang jaraknya lumayan kalau ditempuh
dengan kaki yang super pegal ini. Sesampai di sana, selain berburu
pernik-pernik lucu, saya dan Lili yang tak kuat menahan siksaan si hak tinggi,
akhirnya membeli sandal dan langsung memakainya setelah membayar. Wuaah..lega rasanya,
seolah jari-jari kaki kami langsung bersorak “merdeka euy!” hahaha…. Hanya
Metta yang bertahan dengan sandal berhak tingginya karena sudah terbiasa, hebat
euy!
Habis itu, kami masih berkeliling
mall di seputaran Orchard Road dan berakhir di Lucky Plaza untuk membeli
oleh-oleh. Tadinya kami hendak makan malam juga di sana, tapi karena sudah
kemalaman, restoran di sana sudah pada tutup, begitu juga sebagian besar toko.
Untungnya ada beberapa toko souvenir yang masih buka. Kami membeli beragam
magnet kulkas yang lucu-lucu. Saya sendiri membeli magnet lucu warna-warni yang
bisa dipasangi foto bagi para keponakan saya dan beberapa t-shirt.
Dari sana, dengan taksi kami
pergi ke Newton Circus untuk makan malam. Lalu pulang ke apartemen untuk
packing sebab besok kami akan kembali ke Indonesia.
Paginya, Lili yang berangkat
duluan ke Changi sebab pesawatnya berangkat lebih cepat dari kami. Sejaman
kemudian, saya dan Metta baru berangkat ke Changi. Rupanya kami masih sempat
bertemu di sana. Dan kami masih menyempatkan diri untuk berkeliling di
pertokoan di dalam bandara untuk belanja hahaha… well, saya harus beli
oleh-oleh buat ibu saya, masak cuma suami yang dapat oleh-oleh..:P..
Lalu kami saling mengucapkan kata
perpisahan sambil berpelukan kemudian berjalan menuju gate kami
masing-masing..so long, gals..
It was such an unforgetable
trip..we should do it more often
(maunyaaa…hahaha..)
Looking forward to our next trip
to Lombok..can’t wait!
~The End~
No comments:
Post a Comment