Thursday, November 29, 2012

Vacation with BFF ~ Part 3 (Singapore Trip 28-30 April 2012)


Bus kami tiba tepat waktu..tapi ada tapinya, bus ini ternyata lebih jelek dari bus kami dari KL ke Melaka kemarin! Kami cuma saling pandang sambil tersenyum kecut, mau apalagi, kami sudah terlanjur membeli tiket hiks…nasib. Yang penting kami bisa segera tiba di Singapura.

Dalam bus busuk otw ke Singapore :D
Seperti kemarin saya duduk sebelahan dengan Metta, Lili di deretan bangku sebelah kami. Walau bus ini masuk kategori jelek, tapi sebenarnya tak terlalu buruk. Masih dalam hitungan bersih untuk bus jelek ukuran kita di Indonesia. Dan yang penting, AC-nya nyala terus walau agak panas, penumpang tak berjubel dan tidak ada pedagang asongan yang seliweran dan teriak-teriak menawarkan dagangan.
Sepanjang perjalanan tak banyak yang bisa dilihat, hanya perkampungan penduduk. Keluar dari Melaka, bus mulai memasuki jalan bebas hambatan. Pemandangan paling sering adalah perkebunan sawit dan karet, membosankan. Mana bus ini jalannya santai pula, ah well.. just enjoy the ride.

Dalam bus kami sibuk menghubungi keluarga kami masing-masing. Metta menelpon suami dan anak-anaknya untuk menghabiskan pulsa sebab paket bb dari provider seluler Malaysia-nya tak akan bisa digunakan di Singapura, pulsanya akan hangus percuma apabila tidak dipakai. Saya sendiri tadinya memakai paket bb gratis 3 hari dari provider seluler Indonesia yang saya pakai, dan hari ini sudah tidak bisa digunakan lagi. Metta baik hati mengijinkan saya pakai handphonenya supaya saya bisa mengabari dan mengobrol dengan suami saya. Saya bilang pada suami bahwa handphone saya sementara tak bisa dihubungi  tapi saya berjanji segera setelah sampai di Singapura saya akan mengabarinya lagi. Saya melirik Lili di samping, dia juga sedang sibuk dengan handphonenya dan tak berapa lama kemudian memejamkan matanya. Saya dan Metta pun menyusul tertidur tak lama kemudian.

Perhentian bus somewhere in Malaysia
Rupanya bus kami ini berhenti untuk rehat setelah kurang lebih 1.5 jam jam perjalanan. Saya lupa di mana berhentinya, sepertinya di daerah Batu Pahat, entahlah saya tak ingat. Bus memasuki area parkir sebuah bangunan yang cukup luas. Hampir semua penumpang kemudian turun, termasuk kami. Rupanya bangunan ini adalah sebuah bangunan yang terdiri dari sebuah foodcourt dan sebuah supermarket. Kami berkeliling sebentar melihat-lihat apa yang ditawarkan foodcourt ini. Karena tadi kami sudah makan siang di terminal Melaka Central, kami hanya membeli minuman dan buah-buahan untuk cemilan.
Kami juga melihat-lihat supermarketnya. Walau barang kami sudah banyak, tak mengurangi niat kami untuk belanja, maklum perempuan hehehe. Saya sendiri membeli 2 botol kecil yang berisi biskuit biji labu dan biji matahari organik. Rasanya enak ternyata dan sesampai di Indonesia menyesal sebab hanya membeli 2 botol saja J. Saya juga membeli bumbu jadi untuk ikan kuah asam pedas seperti menu makan malam kami tadi malam dan sebungkus bumbu kari a la Nonya. Bumbu ikan kuah asam pedasnya lumayan enak sedang bumbu karinya masih utuh belum saya masak hehehe.
Kurang lebih 30 menit kami istirahat di tempat itu lalu bus berangkat lagi melanjutkan perjalanan. Kira-kira 1.5 jam kemudian kami tiba di Johor Bahru. Setelah berhenti di terminal bus sebentar, bus melanjutkan perjalanan lagi menuju Johor Bahru – Singapore immigration check point.

Karena mengira kami orang asli Malaysia, pada saat membagikan kartu kedatangan dari immigrasi di dalam bus sebelumnya sang supir bus tak membaginya pada kami bertiga. Kami sendiri tak bertanya-tanya, malah saya membatin “oh mungkin hanya bagi warga Malaysia saja”. Bodohnya! Saya lupa siapa yang akhirnya bertanya pada supir bus, sambil mengomel ia lalu memberi kami 3 kartu. Kami cuma senyum kecut. Karena check point sudah dekat kami terburu-buru mengisinya. Belum selesai mengisinya karena susah menulis di dalam bus yang terguncang-guncang, bus telah parkir dengan manisnya untuk menurunkan kami melewati pemeriksaan. Sang supir, lagi-lagi, terheran-heran dengan bagasi kami yang banyak itu. Dengan tak berbelas kasihan dia berkata bahwa kami hanya punya waktu 20 menit untuk melewati pemeriksaan bea cukai dan imigrasi kemudian harus menyeret barang kami yang banyak serta pantat kami yang tak kalah berat juga untuk menuju parkiran bus lalu naik. Kalau tidak, tiada ampun kami akan ditinggal dan dipersilahkan naik bus kota setelahnya. Arrghh…..menyebalkan! Dengan muka manyun dan jengkel namun tak punya pilihan, kami berbagi beban bagasi dan berjalan setengah berlari untuk menuju antrian pemeriksaan. Kami bahkan tak sempat menoleh kiri kanan karena sibuk dengan bagasi yang berat serta kepikiran bahwa kami masih belum selesai mengisi kartu kedatangan. Jadi kami bagai beo membuntuti orang yang berjalan di depan kami saja. Mana jalannya lumayan jauh pula..hadeh..nasib..nasib!

Akhirnya sampailah kami pada loket antrian, melewati imigrasi Malaysia tak ada masalah sama sekali, sangat cepat prosesnya. Pada saat mengantri untuk masuk Singapura, sambil repot menyeret bagasi, kami juga sibuk mengisi kartu kedatangan sambil bergantian meminjam bolpen. Lalu tiba bagian mengisi alamat menginap kami selama di Singapura, saya dan Lili segera menoleh dan bertanya pada Metta. Agak panik, Metta bilang bahwa alamat apartemen kakak sepupunya tempat kami menginap nanti, ada di dalam bb-nya yang mati kehabisan baterai. Wah..makin panik saja kami. Untung saya ingat kalau saya membawa baterai portabel untuk situasi darurat. Segera saya serahkan ke Metta supaya ia dapat menyalakan bb-nya. Lili yang mengantri di line sebelah kami rupanya sudah berada di depan petugas, dan tentunya sang petugas menanyakan alamat itu. Begitu bb-nya menyala, Metta yang masih tergopoh-gopoh menulis sebab gilirannya sudah hampir tiba segera mendiktenya pada kami berdua yang cepat-cepat menulisnya di kartu. Kebayangkan tulisan saya pastinya seperti cakar ayam karena menulis sangat cepat. Apalagi saya mengantri di belakang Metta. Untungnya sang petugas itu tak bertanya macam-macam dan kami cepat melewati pemeriksaan. Tapi perjuangan belum berakhir. Kami masih harus menyeret barang-barang kami lagi dengan setengah berlari untuk menuju parkiran bus dan naik dalam bus sebelum 20 menit berlalu. Lagi-lagi jalannya jauh, musti turun satu lantai pula. Setelah sampai bawah, kami ternyata turun di sisi yang salah dan harus memutar lagi kemudian menyeberang di antara seliweran bus-bus lain untuk menuju ke bus kami. Fiuh…Alhamdulillah kami tak ditinggal, bus kami masih parkir di sana. Terengah-engah dan keringatan, kami segera memasukkan barang kembali ke bagasi. Sang supir taksi di luar dugaan sekarang tersenyum lebar pada kami, padahal tadi ngomel-ngomel, mungkin karena kami tak terlambat. Lalu kami meminta ijin padanya untuk ke toilet sebentar. Dia kemudian menunjuk di mana toilet berada dan meminta kami untuk cepat. Lega rasanya…Baru deh kami bisa menertawakan kesialan dan kebodohan kami tadi sambari mengutuk supir bus..hahaha..

Memasuki Singapura perjuangan tetap belum berakhir juga ternyata, di Woodlands lalu lintas padat merayap sore itu. Bus berjalan sangat pelan. Sebagian warga Singapura mungkin ada yang baru pulang kerja, sebagian yang lain hendak menghabiskan malam minggu padahal waktu baru menunjukkan sekitar pukul 5-an. Kurang lebih 45 menitan baru kami tiba di tempat pemberhentian kami di depan sebuah mall kecil (saya lupa tepatnya di mana). Lalu segera mencegat taksi untuk menuju ke apartemen kakak sepupu Metta. Sekitar jam 6.30-an kami tiba di sana.

Sampai di sana, merasa gerah saya kemudian segera mandi. Kedua sahabat saya itu sepakat untuk mandi setelah kami pulang jalan nanti. Jam 7-an kami siap jalan lagi. Kami berjalan kaki ke stasiun MRT Lorong Chuan yang tak jauh dari situ. Tujuan kami malam ini adalah ke Mustafa Center. Kami turun di stasiun Farrer Park lalu berjalan kaki ke sana. Sebelum ke Mustafa Center kami yang mulai kelaparan berhenti untuk makan dulu di sebuah restoran masakan India yang terkenal dengan nasi briyaninya yang enak. Maaf saya lupa namanya. Lili bilang, setiap kali ke Singapura dan mampir ke Mustafa Center bersama keluarganya, mereka tak pernah melewatkan makan nasi briyani di sini. Lokasinya sangat dekat dengan Mustafa, persis di pojokan jalan sebelum berbelok menuju Mustafa. Sayangnya lagi, saya tak sempat mengambil foto makanannya. Porsi nasi briyaninya lumayan besar, jadi kami hanya pesan dua porsi untuk dimakan bertiga. Kami memesan nasi briyani dengan lauk ayam dan tambahan ikan yang rasanya enak. Selesai makan kami segera berjalan kaki menuju Mustafa Center.

Sampai sana kami segera berpisah dan janjian untuk bertemu di pintu depan sekitar jam 10. Lili segera menghilang untuk membeli kosmetik yang diperlukannya sedang saya dan Metta menuju deretan rak-rak parfum. Saya segera mencari parfum buatan Jerman favorite saya yang susah saya dapatkan di Bali, untuk oleh-oleh buat suami. Sejak dulu saya memang lebih menyukai parfum yang maskulin.

Setelah itu, saya dan Metta naik ke lantai dua ke bagian makanan. Mustafa malam itu penuh sesak oleh pengunjung. Jarak antara rak yang berdekatan membuat agak susah bergerak apabila berpapasan dengan pengunjung lain yang juga menenteng keranjang belanjaan. Saya dan Metta membeli beberapa bungkus coklat untuk dibawa pulang, lagi :P. Padahal kemarin kan di Malaysia kami juga membeli coklat. Metta malah curiga sebagian dari coklat-coklat itu meleleh akibat kepanasan sepanjang perjalanan kami hahaha.

Lalu kami turun ke bagian elektronik untuk mencari pesanan suami yang minta dibelikan speaker dock untuk Iphone-nya. Tapi setelah melihat-lihat tak ada yang sreg di hati. Jadi kami kembali ke atas sebab jam sudah menunjukkan hampir pukul 10 malam. Karena buka 24 jam, pengunjung bukannya makin berkurang, malah makin malam makin rame. Kami lalu membayar belanjaan dan kemudian menunggu Lili selesai belanja. Saya baru ingat bahwa saya lupa menghidupkan bb saya yang kehabisan baterai dan tak sempat mengisi baterainya tadi di apartemen. Dengan baterai portabel dan sisa pulsa yang seadanya saya sms suami. Saya memang sengaja tidak membeli nomor dari provider seluler di Singapura karena menurut saya rugi juga menghabiskan belasan SGD padahal saya hanya 2 hari di sini.  Saya bilang pada suami bahwa saya sudah berada di Singapura dari jam 7-an tadi, pulsa saya terbatas bla..bla..bla. Tak berapa lama suami saya telepon dan langsung ngomel-ngomel. Dia marah saking kuatirnya tak mendengar kabar dari saya sejak siang tadi. Apalagi tadi siang saya sempat cerita bahwa kami naik bus busuk, tambah kawatirlah ia. Tak habis-habisnya ia mengomel dan saya sibuk berulang kali minta maaf padanya hahaha…maaf ya darling..it’s so sweet of you to worry about me :p.. Kata Lili dan Metta sambil ketawa, ‘Makanya datang-datang bukannya nelpon suami malah sibuk mandi. Disuruh beli kartu telpon ga mau, maunya menghemat tapi diomelin jadinya’ hahaha…

Clarke Quay di malam hari
Dari Mustafa Center kami memutuskan untuk menikmati keriaan malam minggu di Clarke Quay yang tak jauh dari sana, hanya melewati dua stasiun MRT saja dari Farrer Park. Clarke Quay sangat ramai di malam minggu itu. Restoran dan café dipenuhi pengunjung. Karena sudah makan kami  hanya berjalan-jalan berkeliling, berhenti sejenak untuk istirahat karena kaki pegal lalu mampir menikmati minuman dingin di café es krim Haagen Dazs. Mengobrol dan menertawakan pengalaman tadi siang, berfoto-foto, mempostingnya di akun facebook J, menghabiskan minuman lalu pulang dengan taksi ke apartemen.

The 3 of us di Haagen Dazs cafe Clarke Quay

Keesokan harinya kami memutuskan untuk pergi ke Sentosa Island. Tiba di stasiun Harbour Front kami tak langsung menuju Sentosa. Karena tak sempat sarapan pagi kami mampir di foudcourt yang ada di mall Vivo City. Kali ini saya memilih untuk menikmati semangkuk Yong Tau Fu yang menghangatkan perut. Kelar sarapan kesiangan kami segera beranjak pergi.

Yong Tau Fu my fave :)

Kami naik Sentosa Express dari lantai paling atas mall. Tujuan kami ke Universal Studio Singapore (USS). Tapi kami tak sampai masuk ke dalam untuk melihat atraksi yang ada di dalam USS sih, hanya berfoto-foto di luarnya saja. Setelah puas berfoto, kami mampir di toko suvenirnya untuk membeli oleh-oleh bagi orang-orang tersayang kami. Setelah itu kami mampir ke toko coklat Hershey’s..berfoto-foto di depan toko..dan tentunya membeli coklat lagi :P… Lelah dan kepanasan, kami mampir untuk minum es kopi di salah satu coffeeshop di sana.

The 3 of us di USS


Metta di USS



Lili di USS

Di depan toko coklat Hershey's di USS

Dari Sentosa kami melanjutkan jalan-jalan ke Bugis Junction. Saya masih harus membeli pesanan suami yang tak saya temukan kemarin di Mustafa Center. Di gerai salah satu merek elektronik ternama akhirnya saya mendapatkan speaker dock yang sesuai dengan keinginan suami. Kami berhenti untuk menikmati es krim di sebuah kedai es krim di sana setelahnya bukan karena ingin makan es krim tapi supaya bisa duduk saja karena kaki kami sudah kelelahan berjalan. Sebenarnya dari kami bertiga, Mettalah yang paling hebat bertahan memakai sandal berhak cukup tinggi sejak hari pertama hingga hari ini tanpa mengeluh seperti saya dan Lili. Saya apalagi, sejak tak bekerja di lingkungan yang formal, jarang sekali memakai sepatu berhak tinggi, namun hari ini saya memakai wedges yang cukup tinggi dan sangat tersiksa karenanya. Lili yang memakai sandal hijau yang dibelinya waktu di KL tak kalah tersiksanya sebab sandal yang lumayan tinggi itu selain membuat capek juga membuat lecet. Perempuan memang ya, supaya kelihatan oke mau aja menderita hahaha..

Kami berkeliling melihat berbagai barang yang ditawarkan di sana. Kami berhenti untuk melihat-lihat produk kosmetik yang sedang sale saat itu. Lili membeli beberapa macam kosmetik keperluannya di sana.  Lalu kami berpindah ke mall di sebelahnya. Lili masih belum mendapatkan oleh-oleh pesanan anak-anaknya. Kami berkeliling untuk mencari sepatu olahraga pesanan anaknya tapi tak kunjung menemukan yang cocok. Untuk anak perempuan satu-satunya, Lili membelikan berbagai pernik Hello Kitty yang girly dan lucu-lucu yang kami temukan di salah satu sudut mall itu. Selesai belanja kami segera turun ke lantai basement untuk makan siang di foodcourt yang ada di situ.

Sambil makan kami membahas akan kemana kami menghabiskan sisa hari ini. Karena Lili belum mendapatkan sepatu olahraga pesanan anaknya, Metta menyarankan untuk mencarinya di kawasan Orchard Road. Akhirnya dengan menggunakan taksi, kami pergi ke Orchard Road dan memilih untuk berhrnti di Takashimaya. Mulailah kami berkeliling mencari toko sepatu olahraga. Metta ingat pernah membeli sepatu untuk anaknya di sini, tapi tak yakin letak tokonya. Walaupun sudah bertanya pada beberapa orang termasuk pegawai mall, kami tak menemukannya juga. Maklumlah mall ini memang lumayan besar. Karena capek, di sebuah lantai yang salah satu sudutnya terdapat air mancur, kami duduk di pinggirnya sambil melemaskan otot kaki yang kaku saking pegalnya berjalan, sambil menikmati dorayaki yang masih hangat. Setelah merasa cukup istirahat, kami jalan lagi melanjutkan pencarian. Rupanya kaki kami memang tak bisa di ajak kompromi jadi kami lagi-lagi kami berhenti untuk duduk, kali ini di bangku beton yang banyak terdapat di sepanjang Orchard Road. Betul-betul menderita berjalan dengan kaki yang cenut-cenut belum lagi sambil menenteng barang belanjaan. Tapi seperti biasa kami malah menertawakan ‘kelakuan’ kami ini. Sedikit menghibur walau tak mengurangi rasa cenut-cenut di kaki.

‘Perjalanan’ kami belum selesai loh, masih nekad jalan kaki ke sebuah toko yang jaraknya lumayan kalau ditempuh dengan kaki yang super pegal ini. Sesampai di sana, selain berburu pernik-pernik lucu, saya dan Lili yang tak kuat menahan siksaan si hak tinggi, akhirnya membeli sandal dan langsung memakainya setelah membayar. Wuaah..lega rasanya, seolah jari-jari kaki kami langsung bersorak “merdeka euy!” hahaha…. Hanya Metta yang bertahan dengan sandal berhak tingginya karena sudah terbiasa, hebat euy!

Habis itu, kami masih berkeliling mall di seputaran Orchard Road dan berakhir di Lucky Plaza untuk membeli oleh-oleh. Tadinya kami hendak makan malam juga di sana, tapi karena sudah kemalaman, restoran di sana sudah pada tutup, begitu juga sebagian besar toko. Untungnya ada beberapa toko souvenir yang masih buka. Kami membeli beragam magnet kulkas yang lucu-lucu. Saya sendiri membeli magnet lucu warna-warni yang bisa dipasangi foto bagi para keponakan saya dan beberapa t-shirt.
Dari sana, dengan taksi kami pergi ke Newton Circus untuk makan malam. Lalu pulang ke apartemen untuk packing sebab besok kami akan kembali ke Indonesia.

Paginya, Lili yang berangkat duluan ke Changi sebab pesawatnya berangkat lebih cepat dari kami. Sejaman kemudian, saya dan Metta baru berangkat ke Changi. Rupanya kami masih sempat bertemu di sana. Dan kami masih menyempatkan diri untuk berkeliling di pertokoan di dalam bandara untuk belanja hahaha… well, saya harus beli oleh-oleh buat ibu saya, masak cuma suami yang dapat oleh-oleh..:P..

Berpose di Changi 

Lalu kami saling mengucapkan kata perpisahan sambil berpelukan kemudian berjalan menuju gate kami masing-masing..so long, gals..
It was such an unforgetable trip..we should do it  more often (maunyaaa…hahaha..)
Looking forward to our next trip to Lombok..can’t wait!

~The End~

No comments:

Post a Comment